Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Diproyeksi Lanjut Melemah Tahun Depan, Impor BBM Bakal Bengkak?

Kementerian ESDM menyiapkan sejumlah upaya untuk menahan pembengkakan nilai impor BBM kala produksi minyak melambat dan nilai tukar rupiah melemah.
Pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat
Pekerja PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) beraktivitas di kawasan Pertamina Refinery Unit (RU) IV Cilacap. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap sejumlah upaya untuk menahan pembengkakan nilai impor bahan bakar minyak (BBM) kala produksi minyak bumi dalam negeri melambat dan nilai tukar rupiah yang berpotensi melanjutkan tren pelemahan tahun depan.

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menekan nilai maupun volume impor BBM, yaitu diversifikasi produk hingga pemanfaatan sumber energi lainnya. 

"Justru itu kita sekarang mendorong supaya ada diversifikasi supaya [impor] BBM-nya tidak nambah banyak," kata Dadan di Kompleks Parlemen, Jumat (16/8/2024). 

Selain itu, pemerintah juga mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik, termasuk optimalisasi penggunaannya untuk mengurangi konsumsi BBM di masyarakat dan penggunaan bioetanol lokal. 

"Kita banyak cara untuk nantinya [kurangi konsumsi BBM]," tuturnya. 

Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau RAPBN 2025, target lifting minyak dipatok di level 600.000 barel per hari dan gas bumi mencapai 1,005 juta barel setara minyak per hari (boepd). 

Target lifting minyak pada RAPBN 2025 turun dibandingkan target lifting dalam APBN 2024 yang mencapai 635.000 barel per hari. Adapun, Dadan menerangkan bahwa saat ini lifting minyak sudah mencapai 570.000 barel per hari. 

"Kalau turun memang normalnya itu turun. ICP kan US$82 tetap. Kita ini kalau tidak ngapa-ngapain itu turunnya [lifting] 5%, itu normal declining rate namanya. Itu selalu turun kalau minyak sama gas itu. Sekarang kita turunnya itu nggak 5%," jelasnya. 

Adapun, pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berpotensi melemah pada tahun depan.

Dalam RAPBN 2025, nilai tukar rupiah dipatok sebesar Rp16.100 per dolar AS pada 2025, sedangkan dalam APBN 2024, asumsi nilai tukar rupiah dipatok di level Rp15.000 per dolar AS. Sementara untuk tahun ini, nilai tukar rupiah diperkirakan masih berpotensi bergerak pada kisaran RpRp15.900-Rp16.100 per dolar AS.

Sedangkan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam RAPBN 2025 dipatok di level US$82 per barel.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper