Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman & Citigroup Ramal Harga Minyak Turun ke US$75/Barel Jika Trump Terpilih

Goldman dan Citigroup memperkirakan harga minyak mentah akan melemah jika Donald Trump menang pilpres AS November 2024 mendatang.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA – Goldman Sachs Group Inc dan Citigroup memperkirakan harga minyak mentah akan melemah jika Donald Trump memenangkan pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) November 2024 mendatang.

Melansir Reuters, Jumat (26/7/2024), dalam laporan terpisahnya, kedua bank besar Wall Street ini mengatakan pengenaan tarif perdagangan capres dari Partai Republik ini berisiko menjadi sentimen bearish terhadap harga minyak. Hal ini terlepas dari janji Trump untuk meningkatkan produksi minyak mentah.

Kepala riset minyak mentah Goldman Daan Struyven mengatakan jika tarif tersebut berdampak besar pada ekonomi global, maka dapat memangkas harga minyak US$11 hingga US$19 per barel tahun depan

”Terpilihnya kembali Trump akan menciptakan risiko-risiko penurunan pada kisaran harga minyak mentah yang diperkirakan sebesar $75 hingga $90 per barel,” ungkapnya.

Para ekonom Goldman meneliti sebuah skenario di mana Trump memberlakukan tarif 10% untuk semua impor barang, yang memicu tarif balasan dengan jumlah yang sama dari negara-negara lain. Kandidat presiden AS ini telah mengatakan bahwa ia mungkin akan menargetkan China dengan tarif baru mulai dari 60% hingga 100%.

Sementara itu, tim analis Citigroup mengatakan pemerintahan Trump nantikan akan terus menimbulkan sebagian besar risiko bearish terhadap perdagangan, migas, serta pengaruh terhadap aliansi OPEC+.

Di sisi lain, kedua bank tersebut juga memperingatkan bahwa Trump juga dapat menaikkan harga minyak jika ia memperbarui tindakan keras terhadap ekspor Iran yang diterapkan pada masa jabatan sebelumnya.

Mantan presiden tersebut telah menggunakan strategi tekanan maksimum dalam upaya negosiasi kembali pakta nuklir dengan Iran, meskipun akhirnya upaya tersebut gagal.

Goldman memperkirakan produksi minyak Iran akan turun sekitar 1 juta barel per hari, atau hampir sepertiga dari total produksi, selama masa jabatan Trump nantinya. Namun, eksportir lain di OPEC+ kemungkinan akan mencoba mengisi kekosongan ini, sehingga membatasi kenaikan harga minyak hingga sekitar US$9 per barel. 

Meskipun Trump bersumpah untuk meningkatkan produksi minyak Amerika dengan slogan "drill baby, drill" bank-bank tersebut memperkirakan hanya akan ada sedikit dampak material terhadap produksi.

"Meskipun Trump tampaknya memiliki agenda yang lebih ramah terhadap minyak dan gas dibandingkan kandidat dari Partai Demokrat, dampak langsungnya terhadap pasar minyak fisik kemungkinan akan terbatas," menurut Citigroup.

Citigroup mengatakan kondisi pasar yang lebih luas terlihat lebih mengikat dalam membatasi pertumbuhan produksi minyak dan gas AS daripada faktor regulasi.

Awal tahun ini, Citigroup memperkirakan bahwa kemenangan Trump akan memperkuat keyakinan tersebut bahwa harga akan turun menjadi US$60 per barel pada tahun 2025. Sebaliknya, analis Sanford C. Bernstein memperkirakan pada bulan Januari bahwa harga minyak dapat menguat selama pemerintahan Trump jika ia menekan pengiriman dari Iran.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper