Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengeklaim telah melakukan berbagai jurus mendongkrak kinerja perdagangan baja nasional.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengakui komoditas baja menjadi andalan ekspor Indonesia. Hal itu terlihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat peningkatan ekspor besi dan baja dalam lima tahun terakhir. Pada 2019, nilai ekspor besi baja tercatat sebesar US$7,39 miliar dan melonjak menjadi US$26,7 miliar pada 2023.
Adapun, Indonesia saat ini tercatat sebagai eksportir besi dan baja keempat terbesar di dunia. Di sisi lain, kata Zulhas, konsumsi baja nasional juga terus meningkat, diperkirakan mencapai 18,3 juta ton pada 2024.
Dia pun membeberkan sejumlah strategi yang dilakukan pihaknya untuk mendongkrak perdagangan baja Indonesia. Dari sisi ekspor, kata Zulhas, Kemendag mengupayakannya melalui pembukaan akses pasar di luar negeri dengan berbagai perjanjian perdagangan.
Dia menyebut, skema perjanjian dagang seperti Free Trade Agreement (FTA), Preferential Trade Agreement (PTA), dan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Kanada dan Uni Eropa sebagai "jalan tol" untuk menggenjot ekspor baja asal Indonesia.
Selain itu, program hilirisasi besi baja juga diklaim sebagai upaya pemerintah meningkatkan nilai tambah produk yang diekspor.
Baca Juga
Namun, kata Zulhas, industri besi baja Indonesia juga masih dihadapkan aksi restriksi perdagangan dari sejumlah negera. Di antaranya seperti adanya pengenaan trade remedies dan kebijakan carbon border adjustment mechanism (CBAM).
"Di tengah melambatnya ekonomi dunia, kalau kita terampil, ada peluang. Di tengah polarisasi, produk Indonesia masih diterima di pasar global,” ujar Zulhas dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (11/7/2024).
Sementara itu, untuk melindungi kinerja industri besi baja di dalam negeri, Zulhas menyebut pihaknya juga telah melakukan pembatasan impor untuk produk besi dan baja tertentu. Pengawasan impor besi baja, kata dia, terus dilakukan untuk memastikan bahwa barang impor yang beredar sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah Indonesia.
Zulhas menambahkan, adanya proyek infrastruktur pemerintah telah membuat permintaan pasar untuk baja di dalam negeri ikut bergeliat. Di antaranya seperti proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), infrastruktur lainnya hingga pengembangan industri otomotif.
"Sedikitnya, terdapat 41 proyek prioritas strategis nasional yang ditargetkan selesai tahun 2024," ucapnya.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Rabu (10/7/2024), Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkap konstruksi mega proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) telah menyerap suplai besi dan baja mencapai 331.000 ton sepanjang periode 2023 hingga 2024.
Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Abdul Muis menuturkan bahwa serapan besi dan baja tersebut sepenuhnya berasal dari industri dalam negeri.
“Kalau khusus IKN dari 2023 sampai 2024 ini kita kalkulasi sekitar 331.000 ton yang kita butuhkan, sampai akhir Desember nanti,” jelasnya saat ditemui di sela-sela agenda Seminar Nasional dan Pameran Rantai Pasok Konstruksi Baja, Rabu (10/7/2024).