Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri ESDM Evaluasi Perpindahan Kontrak Cost Recovery Blok Rokan

Peralihan kontrak bisa diberikan untuk Blok Rokan apabila lifting minyak dari lapangan itu kembali naik.
Alih Kelola Blok Rokan oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR). / dok Pertamina Hulu Rokan
Alih Kelola Blok Rokan oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR). / dok Pertamina Hulu Rokan

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif tengah mengevaluasi kemungkinan migrasi kontrak dari gross split ke cost recovery untuk Blok Rokan, garapan Pertamina Hulu Rokan. 

"Lagi dievaluasi," kata Arifin saat ditemui di Ditjen Migas, Jakarta, Jumat (28/6/2024).

Arifin mengatakan peralihan kontrak itu bisa diberikan untuk Blok Rokan jika lifting minyak dari lapangan itu kembali terungkit. 

"Kalau prospeknya bagus dan bagian pemerintah lifting naik, kan boleh [pindah kontrak] kalau lifting naik," kata dia. 

Saat ini, Blok Rokan memiliki lebih dari 11.000 sumur aktif, 13.000 kilometer jaringan pipa, sekitar dua kali jarak Sabang—Merauke. Lebih dari 11 miliar barel minyak mentah telah diproduksi dari WK Rokan dari sejumlah lapangan-lapangan besar, di antaranya Minas, Duri, Bangko, Bekasap, Balam South, Kotabatak, Petani, Pematang, Petapahan dan Pager. 

PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mencatat produksi minyak perseroan dari Blok Rokan di Riau telah mencapai 161.623 barel minyak per hari (bopd) sepanjang 2023.  

Pertamina mulai mengelola Blok Rokan pada 9 Agustus 2021. Sebelumnya, salah satu kawasan migas utama di Tanah Air itu dikelola oleh Chevron (d/h Caltex) selama 50 tahun.  

Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, rencana perubahan skema kontrak bagi hasil dari gross split menjadi cost recovery untuk Blok Rokan masih dalam tahap diskusi atau wacana. 

Tjip, sapaan karibnya, mengatakan perubahan skema kontrak itu menjadi salah satu opsi untuk meningkatkan investasi di salah satu blok penopang lifting minyak domestik tersebut.  

"Belum mengajukan secara resmi, masih sekedar wacana salah satu opsi bila diharapkan Pertamina Hulu Rokan berinvestasi masif dan agresif," kata Tjip kepada Bisnis, Senin (10/6/2024). 

Tjip menerangkan bahwa skema kontrak gross split saat ini rata-rata tidak menarik untuk memantik investasi eksplorasi dan pengembangan baru. 

Sementara itu, Blok Rokan bersama dengan Blok Cepu garapan ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) diharapkan masih menjadi tumpuan lifting minyak nasional untuk jangka pendek.  

"Pada PSC gross split rata-rata kurang motivasi untuk eksplorasi dan pengembangan," kata dia.  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper