Bisnis.com, JAKARTA — Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai rencana perubahan skema kontrak bagi hasil dari gross split menjadi cost recovery untuk Blok Rokan cukup beralasan.
Pri mengatakan, rencana investasi dan pengembangan Pertamina untuk Blok Rokan saat ini masih relatif berisiko tinggi.
Di sisi lain, Pertamina mesti menganggarkan kebutuhan investasi yang intensif untuk menahan penurunan lifting minyak dari blok tersebut.
“Ini sangat beralasan karena memang itu kan Blok Rokan masih disebut pengembangan yang berisiko, mau EOR [enhanced oil recovery] full scale misalnya itu kan ada faktor risiko di sana yang bisa gagal,” kata Pri saat dihubungi, Senin (10/6/2024).
Di sisi lain, kata Pri, skema kontrak gross split saat ini bakal memberatkan Pertamina Hulu Rokan untuk melanjutkan investasi besar-besaran di blok tersebut.
“Sebenarnya memang nggak pernah cocok gross split itu untuk lapangan yang masih butuh pengembangan berisiko dan capital besar,” kata dia.
Baca Juga
Saat ini, Blok Rokan memiliki lebih dari 11.000 sumur aktif, 13.000 kilometer jaringan pipa, sekitar dua kali jarak Sabang-Merauke.
Lebih dari 11 miliar barel minyak mentah telah diproduksi dari WK Rokan dari sejumlah lapangan-lapangan besar, di antaranya Minas, Duri, Bangko, Bekasap, Balam South, Kotabatak, Petani, Pematang, Petapahan dan Pager.
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mencatat produksi minyak perseroan dari Blok Rokan di Riau telah mencapai 161.623 barel minyak per hari (BOPD) sepanjang 2023.
Pertamina mulai mengelola Blok Rokan pada 9 Agustus 2021. Sebelumnya, salah satu kawasan migas utama di Tanah Air itu dikelola oleh Chevron (d/h Caltex) selama 50 tahun.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso mengatakan pengeboran sumur terus ditingkatkan untuk menambah volume cadangan migas blok tersebut.
PHR berhasil melakukan tajak lebih dari 1.000 sumur, eksekusi 15.000 kegiatan Work Over (WO) dan Well Intervention Well Services (WIWS) yang menyerap 60% Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
“Blok Rokan mencatatkan lifting migas sekitar 59 juta barel selama tahun 2023. Pencapaian ini merupakan peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya sebesar 57,3 juta barrel,” kata Fadjar lewat siaran pers, Senin (20/5/2024).
Pada 2024 PHR terus meningkatkan produksi migas dengan melakukan pengeboran yang terintegrasi untuk menghadirkan sumur minyak yang berkualitas, efisien, andal dan selamat.
Sebanyak 570-an sumur bakal ditajak tahun ini untuk menambah cadangan minyak nasional di Blok Rokan.
“Pertamina berhasil menempatkan kembali Blok Rokan sebagai penyumbang produksi minyak tertinggi di Indonesia yakni sebesar 161.623 barel minyak per hari,” kata Fadjar.