Bisnis.com, JAKARTA — Praktisi minyak dan gas bumi (migas) Hadi Ismoyo menilai pemerintah mesti mengakomodasi permohonan migrasi kontrak dari gross split ke cost recovery untuk Blok Rokan, garapan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Hadi melihat urgensi peralihan kontrak bagi hasil tersebut lantaran PHR bakal mulai menjalankan program peningkatan produksi minyak dengan teknologi chemical enhanced oil recovery (EOR) Lapangan Minas Tahap-1 (Area-A) setelah final investment decision (FID) proyek diputuskan awal bulan ini.
Proyek dengan nilai investasi mencapai Rp1,48 triliun itu telah disetujui rencana pengembangan atau plan of development (PoD)-nya pada akhir 2023 lalu.
“Mumpung pemerintah sekarang semangat untuk EOR, maka segeralah duduk bareng untuk kemungkinan mengubah gross split menjadi cost recovery sehingga jangka panjang aman,” kata Hadi saat dihubungi, Minggu (7/7/2024).
Menurut Hadi, investasi yang mesti dialokasikan untuk proyek chemical EOR itu terbilang besar. Alasannya, sebagian bahan masih impor dan kondisi reservoir yang sudah mencatat water cut terlalu tinggi.
“Menurut simulasi keekonomian, proyek EOR ini termasuk marginal,” kata dia.
Baca Juga
Dengan demikian, migrasi kontrak menjadi cost recovery bakal membantu mendukung investasi yang intensif tersebut.
“Dengan kondisi sekarang gross split, jangka pendek masih untung, namun jangka panjang dengan investasi yang masif boleh jadi akan berdarah-darah,” kata dia.
Blok Rokan dikelola Pertamina sejak Agustus 2021 melalui production sharing contract (PSC) skema gross split. Bagi hasil atau split Pertamina pada Blok Rokan untuk Lapangan Duri yaitu 65% minyak bumi, dan 70% gas bumi, sedangkan pada lapangan non-duri 61% minyak bumi dan 66% gas bumi.
Bagi hasil itu sudah termasuk semacam insentif atau tambahan split sebesar 8% untuk Pertamina mengelola blok minyak bekas PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI).
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) resmi memutuskan FID untuk proyek chemical EOR Lapangan Minas Tahap-1 (Area-A).
“FID sudah di awal Juli kemarin,” kata Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo saat dikonfirmasi, Minggu (7/7/2024).
Wahju mengatakan, saat ini proyek chemical EOR itu tengah memasuki masa persiapan.
Dia menerangkan, bahan kimia yang dipakai Pertamina nantinya menggunakan formulasi dari Chevron Oronite, unit binis Chevron yang memiliki komponen kimia untuk Lapangan Minas tersebut.
“Chemical surfactant menggunakan formulasi dari Oronite selaras dan optimasi dari formulasi hasil field trial,” kata dia.
Lapangan Minas bakal menjadi lapangan pertama di Indonesia yang mengimplementasikan metode chemical EOR pada skala komersial dengan menggunakan bahan kimia injeksi alkali-surfaktan-polimer (ASP).
Komersialisasi proyek Chemical EOR Lapangan Minas ini merupakan tonggak bersejarah setelah perjalanan panjang pengembangan proyek yang diinisiasi oleh operator Wilayah Kerja Rokan sebelumnya, Caltex/Chevron, dengan penelitian-penelitian intensif sejak tahun 2000-an dalam upaya mencari formulasi surfaktan yang cocok dengan karakteristik Lapangan Minas.
Chemical EOR merupakan salah satu metode pengurasan lapangan minyak tahap tersier yang dilakukan dengan menginjeksikan bahan kimia tertentu (polimer atau surfaktan-polimer) secara berpola dari sumur injeksi untuk mengubah karakteristik fluida dan batuan reservoir sehingga dapat melepaskan minyak yang terikat di batuan agar dapat mengalir ke sumur produksi.
Metode Chemical EOR diimplementasikan di Lapangan Minas setelah secara maksimal memproduksikan minyak menggunakan metode pengurasan primer serta sekunder (waterflood).
Pada Proyek Chemical EOR Minas Tahap 1 ini akan digunakan pola-pola berukuran 18 acres dengan pola injeksi inverted irregular 7-spot dengan target injeksi pada Formasi Reservoir Bekasap dan Bangko.
Perkiraan cadangan minyak tambahan dari pengembangan CEOR Tahap-1 di Lapangan Minas ini mencapai 2,24 juta barel. Adapun, puncak produksi minyak pada proyek ini nantinya diperkirakan mencapai 1,566 barel minyak per hari (bopd).
Proyek ini merupakan tahap awal (proof of expandability) pengembangan CEOR dalam rangka menuju skala lapangan penuh (fullfield scale) di Lapangan Minas yang diidentifikasi memiliki total potensi tambahan cadangan minyak mencapai 500 juta barel pada saat pengembangan skala penuh.