Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arahan Jokowi ke Para Menterinya untuk Menjaga Optimisme Pasar

Presiden Jokowi meminta para menterinya di Kabinet Indonesia Maju (KIM) dapat menjaga stabilitas politik dan ekonomi demi meningkatkan optimisme pasar
Presiden Jokowi menyampaikan sambutan pada acara groundbreaking proyek PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. di Ibu Kota Nusantara (IKN), Rabu (5/6/2024) - Youtube Setpres
Presiden Jokowi menyampaikan sambutan pada acara groundbreaking proyek PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. di Ibu Kota Nusantara (IKN), Rabu (5/6/2024) - Youtube Setpres

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar jajaran Kabinet Indonesia Maju (KIM) dapat menjaga stabilitas politik dan ekonomi demi meningkatkan optimisme pasar.

Secara khusus, kata Jokowi, stabilitas politik juga penting untuk terus diawasi mengingat adanya turbulensi politik dapat meredam daya saing sebuah Negara.

Hal ini disampaikannya saat memberikan sambutan pembuka dalam sidang kabinet Paripurna terkait kondisi perekonomian terkini bersama jajaran Kabinet Indonesia Maju (KIM) di Istana Negara, Senin (24/6/2024).

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun berharap agar transisi dari pemerintah sekarang ke pemerintahan berikut dapat berjalan mulus dan baik. Mengingat setiap gerak gerik pemerintah turut dilihat dunia internasional.

“Hati-hati mengenai isu-isu yang setiap hari ada, sampaikan isu yang positif hal-hal positif sehingga pasar menjadi yakin pasar optimistis terhadap fundamental ekonomi kita yang berada pada posisi yang baik,” pungkas Jokowi.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengamini bahwa dari faktor domestik, guncangan ekonomi seperti tekanan pada rupiah turut disebabkan oleh persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan.

Menurutnya, naik turunnya nilai tukar rupiah memang disebabkan oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia dan sentimen jangka pendek. Namun, kondisi sentimen menjadi momok utama yang membuat nilai tukar Rupiah melemah hingga ke level Rp16.400 per dolar Amerika Serikat (AS).

Hal ini disampaikannya usai menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai salah satu perwakilan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk membahas dinamika pasar dari sisi perkembangan pembahasan APBN dengan DPR di Istana Kepresidenan, Kamis (20/6/2024).

"Ada juga masalah persepsi sustainibilitas fiskal ke depan, itu membuat sentimen kemudian menjadi tekanan nilai tukar Rupiah," ujarnya kepada wartawan.

Lebih lanjut, Perry menegaskan bahwa selama ini kondisi fundamental ekonomi Indonesia masih tergolong baik. Namun, adanya beberapa sentimen jangka pendek justru mempengaruhi nilai tukar.

Dia tak menampik dari sektor domestik ada beberapa sentimen yang membuat Rupiah sedikit tertekan, salah satunya adalah sentimen keberlanjutan fiskal APBN di pemerintah baru.

Perry menyebut sentimen teknis jangka pendek membuat rupiah melemah. Hal itu adalah rutinitas permintaan repatriasi deviden yang dilakukan oleh sektor korporasi Indonesia.

Hal tersebut mampu terjadi pada kuartal II setiap tahunnya. Namun pada kuartal III yang dimulai pada Juli sentimen ini diyakini akan berangsur berkurang.

"Dalam Kuartal II/2024 yang akan berakhir Juni memang sering terjadi kenaikan permintaan korporat, biasanya di Kuartal II itu perusahaan mereka perlu repatriasi deviden dan perlu juga untuk membayar utang, tapi nanti di Kuartal III/2024 tidak ada lagi," tuturnya.

Selain itu, Perry melanjutkan apabila dilihat melalui sentimen global, suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve yang masih tak kunjung turun jadi biang kerok terbesarnya. Hal ini menjadi magnet modal keluar dari negara-negara berkembang ke Amerika.

Kenaikan suku bunga obligasi pemerintah AS, kata Perry juga menarik modal-modal keluar dari negara berkembang. Tak hanya itu, dia melanjutkan bahwa saat ini juga ada juga sentimen turunnya suku bunga Bank Sentral Eropa yang bisa memberikan dampak ke kondisi nilai tukar Indonesia. 

"Fed Fund Rate sampa saat ini masih tebak-tebakan sampai akhir tahun sampai berapa kali [turunnya], menurut perkiraan kami sekali cuma akhir tahun saja," tandas Perry.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper