Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gejolak Rupiah Bikin Bisnis Garuda Indonesia (GIAA) Babak Belur

Garuda Indonesia menyebut bisnis perusahaan tengah babak belur akibat dampak pelemahan nilai tukar rupiah.
Pesawat maskapai Garuda Indonesia berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (20/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pesawat maskapai Garuda Indonesia berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (20/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengungkap dampak tren pelemahan nilai tukar rupiah terhadap bisnis perusahaan khususnya sektor penerbangan.

Direktur Utama GIAA, Irfan Setiaputra menjelaskan, sektor penerbangan merupakan bisnis yang komponennya banyak menggunakan mata uang dolar AS. Pelemahan nilai tukar akan berdampak pada penerimaan dan juga biaya operasional yang dikeluarkan perusahaan.

"Kalau kursnya melemah terus, kita babak belur karena income-nya [pendapatan Garuda Indonesia] kan dalam bentuk rupiah," jelas Irfan di Jakarta pada Kamis (20/6/2024).

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, sebagian besar beban usaha Garuda Indonesia tercatat mengalami kenaikan pada kuartal I/2024. Beban operasional GIAA tercatat sebesar US$371,07 juta, naik dari perolehan US$346,17 juta pada kuartal I/2023.

Sementara itu, beban perbaikan dan pemeliharaan meningkat dari US$78,82 juta menjadi US$123,86 pada kuartal I/2024. Beban bandara terpantau naik dari US$43,87 juta menjadi US$54,79 juta.

Selanjutnya, beban pelayanan penumpang tercatat naik menjadi US$43,91 juta dari sebelumnya US$32,36 juta. Beban tiket, penjualan, dan promosi terpantau naik tipis menjadi US$51,86 juta dari sebelumnya US$51,58 juta.

Secara keseluruhan, total beban usaha  Garuda Indonesia pada kuartal I/2024 mencapai US$702,92 juta, meningkat dibandingkan perolehan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$605,18 juta.

Seiring dengan hal tersebut, dia mengatakan Garuda Indonesia akan terus berupaya menjaga biaya operasional tetap pada level yang optimal.

Selain itu, pelayanan kepada pelanggan juga akan terus ditingkatkan, diantaranya dengan penambahan armada pesawat. Penambahan tersebut dilakukan untuk memperluas jaringan rute penerbangan serta meningkatkan frekuensi penerbangan.

Meski demikian, Irfan menyebut, prospek kinerja perseroan ke depannya masih positif. Hal tersebut seiring dengan tren pertumbuhan sektor penerbangan di Indonesia hingga pertengahan 2024 ini.

Prospek positif ini juga didukung oleh banyaknya periode libur panjang yang terjadi pada 2024, sehingga minat masyarakat untuk bepergian turut meningkat. Selain itu, Garuda Indonesia juga menjadi salah satu operator penerbangan Haji untuk periode 1445 H/2024.

"Sebenarnya untuk ke depannya masih oke. Tetapi ada juga faktor geopolitik global yang harus diwaspadai, karena kita akan kena dampaknya juga," ujar Irfan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper