Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) angkat bicara terkait dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke sektor penerbangan nasional.
Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub Putu Eka Cahyadi menuturkan, pihaknya masih terus memonitor perkembangan komponen-komponen yang mempengaruhi sektor penerbangan, termasuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Putu juga menyebut, pihaknya belum menerima laporan terkini dari maskapai terkait dampak pelemahan nilai tukar tersebut.
"Maskapai belum ada menginfokan ini [dampak pelemahan nilai tukar]. Semua masih kami pantau," kata Putu saat ditemui di Kompleks Parlemen, Rabu (18/6/2024).
Sebelumnya, Direktur Utama AirAsia, Veranita Yosephine, menjelaskan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat mencapai Rp15.853 pada kuartal I/2024. Jumlah tersebut melemah signifikan dibandingkan catatan pada kuartal I/2023 sebesar Rp15.062.
Vera menuturkan, pelemahan nilai tukar ini mengakibatkan kerugian sebesar Rp304 miliar pada kuartal I/2024. Jumlah tersebut mencakup sekitar 39% dari total kerugian perusahaan pada kuartal I/2024.
Baca Juga
"Secara operasional, AirAsia mengakhiri kuartal I/2024 dengan mencatatkan kerugian sebesar Rp777 miliar," kata Vera dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (19/6/2024).
Sementara itu, AirAsia mencatat konsumsi bahan bakar sebagai salah satu penyumbang beban usaha utama sebesar 36,96% dari total biaya keseluruhan. Vera menuturkan, hal ini juga dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bakar pada kuartal I/2024.
Berdasarkan catatan Bisnis.com pada 18 Juni 2024, sepanjang 2024, mata uang rupiah terpantau telah turun 6,22% ke posisi Rp16.369 per dolar AS. Kinerja rupiah tersebut tidak jauh berbeda dengan beberapa mata uang kawasan Asia lainnya.
Berdasarkan data Tradingview, rupiah telah melemah 6,22% secara year to date. Pada pembukaan perdagangan pagi tadi, rupiah bahkan sempat berada di level Rp16.405 per dolar AS.
Tekanan dolar AS juga dialami oleh rupiah juga dialami oleh beberapa mata uang kawasan Asia lainnya, seperti yen Jepang, ringgit Malaysia, baht Thailand, yuan China, peso Filipina, won Korea dan rupee India.
Tim riset NH Korindo Sekuritas menyebutkan nilai tukar rupiah ambruk seiring dengan menguatnya dolar AS dan Uni Eropa yang mengumumkan tarif tinggi antara 17% hingga 30% untuk impor komponen mobil listrik China.
Mereka menjelaskan jika Uni Eropa mewakili pasar utama bagi produsen kendaraan listrik China. Sementara itu bukan tidak mungkin China akan mengumumkan tindakan balasan dalam perang dagang ini.