Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut pihaknya terus mengupayakan adanya investor yang serius untuk membangun pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter bauksit.
Adapun, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk melakukan moratorium ekspor bijih bauksit per 10 Juni 2023. Dengan diberlakukannya pelarangan eskpor bauksit tersebut pemerintah harus menambah jumlah smelter bauksit untuk menyerap produksi dalam negeri.
“Ya, bauksit kita harus upayakan ada lah yang serius investor baru buat bangun smelter baru. Kan selama ini kan diboongin aja kita Iya kan? Katanya udah sekian persen, ternyata [masih berupa] lapangan bola, sama pos hansip,” kata Arifin saat ditemui di Kompleks Parlemen, Rabu (19/6/2024).
Meski sebagian besar pembangunan smelter bauksit jalan di tempat, Arifin menuturkan masih terdapat pembangunan smelter yang masih berprogres. Salah satunya proyek smelter bauksit milik PT Bintan Alumina Indonesia yang dilaporkan progresnya sudah signifikan dalam pembangunan smelternya.
“Ada tuh Alumina Bintan itu, jadinya ini kita mau lihat tuh, mau tinjau nanti minggu ke-2 Juli kita mau lihat,” ucapnya.
Seperti diberitakan sebelummya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan pembangunan fasilitas pemurnian mineral terintegrasi pada tahun 2024 sebanyak 16 smelter.
Baca Juga
“Tercatat ada 1 smelter tembaga, 1 smelter bijih besi, 1 smelter nikel, dan 7 smelter bauksit masih belum selesai pembangunannya semua,” ucap Plt Dirjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Bambang Suswantono.
Berikut daftar 11 smelter yang masih terus diselesaikan pada 2024:
- Smelter Tembaga (PT Freeport Indonesia) di Jawa Timur. Progres sampai saat ini 90% dengan kapasitas input sebesar 2 juta ton per tahun dan produksi per tahun sebesar 460 ribu ton.
- Smelter Bijih Besi (PT Sebuku Iron Lateritic Ores di Kotabaru Kalimantan Selatan. Progres sampai saat ini 90,24% dengan kapasitas input 4,7 juta ton per tahun dan produksi per tahun sebesar 1,7 juta ton.
- Smelter Nikel (PT Antam Tbk - P3FH) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Progres sampai saat ini 99,99% dengan kapasitas input 1,2 juta ton per tahun dan produksi per tahun sebesar 64,6 ribu ton.
- Smelter Nikel (PT Ang And Fang Brother) di Morowali Sulawesi Tengah. Progres sampai saat ini 22,40% dengan kapasitas input 1,8 juta ton per tahun dan produksi per tahun sebesar 130,5 ribu ton.
- Smelter Bauksit (PT Dinamika Sejahtera Mandiri) di Sangau Kalimantan Barat. Progres sampai saat ini 58,55% dengan kapasitas input 5,2 juta ton per tahun dan produksi per tahun sebesar 2 juta ton.
- Smelter Bauksit (PT Laman Mining) di Ketapang Kalimantan Barat. Progres sampai saat ini 32,38% dengan kapasitas input 2,8 juta ton per tahun dan produksi per tahun sebesar 1 juta ton.
- Smelter Bauksit (PT Kalbar Bumi Perkasa) di Sangau Kalimantan Barat. Progres sampai saat ini 37,25% dengan kapasitas input 4,2 juta ton per tahun dan produksi per tahun sebesar 1,5 juta ton.
- Smelter Bauksit (PT Parenggean Makmur Sejahtera) di Kotawaringin Kalimantan Tengah. Progres sampai saat ini 58,13% dengan kapasitas input 3 juta ton per tahun dan produksi per tahun sebesar 986,2 ribu ton.
- Smelter Bauksit (PT Persada Pratama Cemerlang) di Sangau Kalimantan Barat. Progres sampai saat ini 52,62% dengan kapasitas input 2,5 juta ton per tahun dan produksi per tahun sebesar 1 juta ton.
- Smelter Bauksit (PT Quality Sukses Sejahtera) di Pontianak Kalimantan Barat. Progres sampai saat ini 65,65% dengan kapasitas input 3,5 juta ton per tahun dan produksi per tahun sebesar 1,5 juta ton.
- Smelter Bauksit (PT Sumber Bumi Marau) di Sangau Kalimantan Barat. Progres sampai saat ini 50,05% dengan kapasitas input 2,6 juta ton per tahun dan produksi per tahun sebesar 1 juta ton.