Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Soroti Program Makan Siang Gratis, Bappenas: Banyak Negara Sudah Implementasi

Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyatakan program makan siang gratis telah dijalankan atau diimplementasikan oleh banyak negara.
Petugas kantin tengah menyiapkan makan siang gratis bagi anak sekolah SMPN 2 Curug, Tangerang, Kamis (29/2/2024). JIBI/Annasa Rizki Kamalina
Petugas kantin tengah menyiapkan makan siang gratis bagi anak sekolah SMPN 2 Curug, Tangerang, Kamis (29/2/2024). JIBI/Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menyampaikan bahwa program makan siang gratis yang diusung presiden terpilih Prabowo Subianto tidak perlu menjadi kekhawatiran.

Pasalnya, program ini juga telah dijalankan atau diimplementasikan oleh banyak negara lainnya. “Kalau [program makan siang gratis, itu best practices sudah ada di banyak negara di dunia, yang penting program itu untuk apa,” katanya usai rapat kerja di Komisi XI DPR RI, Kamis (13/6/2024).

Suharso menjelaskan program yang diunggulkan oleh presiden terpilih tersebut bertujuan untuk meningkatkan gizi anak dan mengatasi permasalahan stunting di dalam negeri.

“Sekarang kalau isunya orang tidak mampu tingkatkan gizi untuk atasi stunting, lalu [melalui program makan siang gratis] anak-anak sekolah bisa dapat kalori yang pas, why not?” tuturnya.

Sebagaimana diketahui, potensi beban fiskal yang semakin besar pada pemerintahan mendatang menjadi sorotan dari lembaga keuangan Amerika Serikat (AS) Morgan Stanley.

Menurut Morgan Stanley, arah kebijakan fiskal ke depan, di samping pelemahan rupiah terhadap dolar AS semakin menimbulkan risiko ketidakpastian dalam jangka pendek.

Program makan siang gratis tersebut dinilai dapat memberikan beban tambahan bagi keuangan negara. Oleh karenanya, Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi underweight. 

“Kami melihat ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa pelemahan di pasar valuta asing di tengah-tengah suku bunga AS yang masih tinggi dan prospek dolar AS yang menguat," sebut para ahli strategi termasuk Daniel Blake dalam risetnya pada 10 Juni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper