Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Blak-blakan Sri Mulyani, Mampukah RI Keluar dari Middle Income Trap jadi Negara Maju?

Menkeu Sri Mulyani mengatakan perjalanan Indonesia keluar dari middle income trap dan menjadi negara maju tak mudah. Ini catatannya!
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dok ANTARA
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dok ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perjalanan Indonesia keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap) dan menjadi negara maju (high income coutry) ternyata tak mudah. 

Menurutnya, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang secara rata-rata tumbuh sebesar 4,7% saat ini menjadi tantangan untuk mewujudkan visi menjadi Indonesia Emas pada 2045.

"Untuk menjadi negara maju, harus ada lompatan pendapatan nasional bruto (GNI) per kapita Indonesia dari yang saat ini sebesar US$4.806 pada 2023 menjadi US$26.200 pada 2045," katanya dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (5/6/2024).

Selain itu, dia menilai dibutuhkan akselerasi pertumbuhan ekonomi sebesar 6%-8% per tahun untuk bisa menjadi negara maju. 

Sri Mulyani menjelaskan beberapa negara di Asia Tenggara dan Asia Timur cukup berhasil membawa perekonomiannya menjadi high income country, seperti Hongkong, Jepang, Korea Selatan, Singapura, hingga Taiwan.

Sejumlah negara tersebut berhasil menjadi negara berpendapatan atas atau high income country hanya dalam waktu 1 dekade. Namun demikian, lanjutnya, terdapat juga negara yang butuh waktu jauh lebih lama untuk masuk ke kelompok negara tersebut.

“Negara yang masuk middle income trap, mereka bisa lebih panjang dan seems like forever, seperti Argentina sudah 40 tahun. Mereka sebelumnya dikenal negara maju atau high income pada akhir abad ke-19 dan sekarang mengalami setback,” imbuhnya. 

Di sisi lain, Sri Mulyani mencontohkan Korea Selatan sebagai salah satu negara yang berhasil menjadi high income country hanya dalam waktu 15 tahun.

Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada periode tersebut secara rata-rata adalah sebesar 8,8% dengan pertumbuhan investasi sebesar 10,6% dan pertumbuhan sektor manufaktur mencapai 10,7%.

“Performa Indonesia 2021-2023 di mana PDB pertumbuhan rata-rata di 4,7%, tentu ini pasca pandemi dengan investasi yang tumbuh di sekitar 4% dan manufaktur tumbuh 4,3%, maka ini menjadi satu tantangan,” jelas Sri Mulyani.

Oleh karena itu, dia mengatakan bahwa strategi yang dapat dilakukan Indonesia untuk keluar dari middle income trap adalah mendorong pertumbuhan dari sisi investasi dan produktivitas.

Dari sisi investasi, Indonesia, imbuhnya, masih menghadapi saving investment gap sehingga saving rate di dalam negeri perlu terus ditingkatkan atau melalui investasi asing langsung (foreign direct investment) yang ditarik ke dalam negeri.

Sementara dari sisi produktivitas, perlu dilakukan efisiensi baik dari melalui inovasi maupun teknologi agar bisa lebih berkontribusi meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

“Kita perlu fokus reformasi regulasi menjadi lebih simple sehingga seluruh ekonomi semakin efisien, penguatan dari sisi infrastruktur sehingga mobilitas dan efisiensi meningkat, juga research & development, serta property rights dan hak paten yang perlu diperkuat,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper