Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati terus memperhatikan dan menyoroti kondisi pasar keuangan dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 untuk pemerintahan Prabowo-Gibran.
Dirinya menuturkan bahwa nilai tukar rupiah dan yield atau imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) menjadi faktor yang akan menentukan penyusunan APBN.
Untuk itu, pihaknya bersama bank sentral terus memperkuat koordinasi, utamanya di tengah guncangan dinamika global yang sangat tinggi.
Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan yield dalam situasi suku bunga acuan yang tertahan tinggi untuk waktu lama atau higher for longer.
“Pemerintah dan BI sangat menyadari pentingnya untuk menghindarkan terjadinya crowding out effect. Keseimbangan antara pricing dari yield SBN yang cukup menarik, namun pada saat yang sama menjaga biaya utang atau cost of fund menjadi sangat-sangat penting,” tuturnya dalam Rapat Paripurna DPR, Selasa (4/6/2024).
Untuk itu, pemerintah dan BI terus menjaga imbal hasil untuk tetap menarik sehingga tidak terjadi crowding out effect.
Baca Juga
Terlebih, saat ini porsi investor asing dalam SBN mencakup 14% dari total SBN. Jumlah ini cenderung lebih sedikit dari 10 tahun yang lalu, di mana investor asing SBN mencapai 40%.
“Meskipun demikian, pasar SBN tetap dipengaruhi oleh sentimen global dan kebijakan dari negara-negara maju karena suku bunga relatif antara SBN Indonesia dengan SBN negara maju menjadi salah satu faktor menentukan daya tarik,” jelasnya.
Mengacu data milik Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu, posisi kepemilikan asing dalam SBN mencapai 14,06%.
Porsi terbesar SBN dipegang oleh Bank Indonesia yang mencakup 22,36% terhadap total SBN. Sementara porsi paling kecil berada di perbankan syariah.