Bisnis.com, JAKARTA - Para pelaku pasar kini harap-harap cemas menantikan langkah Federal Reserve memangkas suku bunga setelah serangkaian data ekonomi Amerika Serikat (AS) terbaru memengaruhi proyeksi pasar.
Pada Kamis (30/5/2024) Biro Analisis Ekonomi (BEA) AS melaporkan bahwa PDB AS naik 1,3% dari kuartal I/2024, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Angka ini di bawah estimasi pertumbuhan ekonomi sebelumnya yang sebesar 1,6%.
Lalu, mesin pertumbuhan utama ekonomi AS, yakni pertumbuhan belanja konsumen mencapai 2% pada kuartal I/2024, lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya yang sebesar 2,5%.
“Data bulanan setelah bulan Maret secara umum menunjukkan ekspansi ekonomi yang terus berlanjut, meskipun sedikit melambat. Kami mengantisipasi kenaikan PDB yang berkelanjutan tahun ini dan kemajuan yang sehat pada tahun 2024 secara keseluruhan,” jelas Ekonom Pasar Keuangan Nasional Oren Klachkin dalam catatannya, seperti dikutip dari Bloomberg.
Adapun kontraksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I/2024 dinilai menunjukan efektivitas strategi The Fed yang secara bertahap mendinginkan perekonomian melalui suku bunga tinggi mulai berbuah hasil.
Kepala ekonom di Comerica Bank, Bill Adams menuturkan bahwa revisi ke bawah terhadap pertumbuhan ekonomi serta penurunan inflasi membuat The Fed kemungkinan besar akan mulai menurunkan suku bunga pada September 2024.
Baca Juga
Berikutnya, pada Jumat (31/5) Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan melaporkan bahwa indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) naik 0,3% pada April 2024 dibandingkan bulan sebelumnya
Dalam laporan ini, bahwa inflasi Negeri Paman Sam bergerak mendatar pada April 2024, dan pada saat data tersebut diumumkan, muncul kekhawatiran bahwa The Fed belum memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Kemudian, pada Senin (3/6) Indeks manajer pembelian manufaktur dari Institute for Supply Management (ISM) untuk Mei 2024 turun menjadi 48,7 dari 49,2 pada April 2024. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memiliki estimasi median sebesar 49,6.
Data yang cenderung lemah tersebut memperkuat pandangan investor bahwa bank sentral AS tersebut akan menurunkan suku bunganya sekitar tiga bulan dari sekarang.
Adapun, menurut aplikasi probabilitas suku bunga LSEG, yakni setelah keluarnya data manufaktur AS, kemungkinan pemangkasan suku bunga pada bulan September meningkat menjadi sekitar 59,1%
Angka tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan peluang sekitar 55% pada Jumat (31/5), ketika data menunjukkan stabilisasi tekanan harga konsumen, yang membantu mendorong dolar mengalami pelemahan bulanan pertama tahun ini pada Mei 2024. Bahkan, sebelumnya angka peluang pemangkasan berada sedikit di bawah 50% pada awal minggu lalu.
Para pejabat The Fed akan menggelar pertemuan kebijakan pada 11-12 Juni mendatang. Mereka menuturkan bahwa fokus bank sentral adalah mengembalikan inflasi ke target 2%, setelah tekanan harga meningkat pada kuartal I/2024.
Meskipun data ISM mencerminkan kenaikan input pabrik melambat dari level tertinggi dalam hampir dua tahun, kenaikan tersebut masih berada di atas tingkat yang terlihat selama ini karena harga komoditas terus menekan produsen barang.
Ekonom Oxford Economics Matthew Martin mengatakan dengan biaya pengiriman yang juga bergerak lebih tinggi pada awal musim puncak pengiriman, risiko-risiko meningkat bahwa biaya produksi yang lebih tinggi dapat diteruskan ke harga-harga di tingkat konsumen.
"(Hal ini) mempersulit tujuan Federal Reserve untuk mengembalikan inflasi ke 2% dan berpotensi menunda waktu pemangkasan suku bunga yang pertama,” jelasnya seperti dikutip Reuters.