Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Pembayaran RI Melorot Kuartal I/2024, Pengusaha Ungkap Biang Keroknya

Kalangan pengusaha membeberkan biang kerok neraca pembayaran Indonesia pada kuartal I/2024 melorot.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani mengakui bahwa neraca pembayaran di Q1/2024 melemah dibandingkan Q4/2023 akibat banyaknya down-side risks. Salah satunya yaitu adanya Pemilihan Umum (Pemilu) di Q1/2024. JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani mengakui bahwa neraca pembayaran di Q1/2024 melemah dibandingkan Q4/2023 akibat banyaknya down-side risks. Salah satunya yaitu adanya Pemilihan Umum (Pemilu) di Q1/2024. JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan pengusaha membeberkan biang kerok neraca pembayaran Indonesia pada kuartal I/2024 melorot.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani mengakui bahwa neraca pembayaran di Q1/2024 melemah dibandingkan Q4/2023 akibat banyaknya down-side risks. Salah satunya yaitu adanya Pemilihan Umum (Pemilu) di Q1/2024.

Dia menyebut, adanya gejolak politik dari Pemilu telah menyebabkan arus investasi menjadi lebih terbatas karena ada ketidakpastian dalam berusaha. Khususnya pada aliran investasi asing  yang sebenarnya telah mengalami pertumbuhan yang lambat sejak Q3/2023.

"Karena proses Pemilu sudah dimulai, investor asing cenderung lebih holding back untuk merealisasikan investasi. Ini tentu menekan potensi penerimaan dari sisi investasi," ujar Shinta saat dihubungi, Kamis (30/5/2024).

Selanjutnya, biang kerok lesunya neraca pembayaran lainnya adalah adanya pelemahan nilai ekspor. Meskipun neraca perdagangan barang masih mengalami surplus, namun Shinta menegaskan bahwa volume dan trennya kian menipis.

Dia menilai, kinerja ekspor Indonesia pun secara agregat relatif stagnan bisa merujuk pada pertumbuhan ekspor secara tahunan yang kurang dari 5% sepanjang Q1/2024.

"Jadi neraca pembayaran juga akan memperoleh kontribusi yang terbatas, apalagi karena ada libur lebaran yang cukup panjang, biasanya produktivitas ekspor turun sementara," jelasnya.

Shinta menambahkan, adanya beban impor yang semakin berat juga akan mempersulit neraca perdagangan untuk membukukan surplus lebih besar. Alhasil, kata dia, neraca pembayaran juga akan sulit menjadi lebih baik.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Selasa (21/5/2024), Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I/2024 mengalami defisit senilai US$6 miliar di tengah kondisi perlambatan ekonomi global.

Secara terperinci, BI membukukan transaksi berjalan defisit US$2,2 miliar (0,6% dari PDB) akibat penurunan kinerja ekspor nonmigas yang terpukul pelambatan ekonomi global.

Sementara transaksi modal dan finansial defisit US$2,3 miliar yang terdorong keluarnya modal asing pada pasar surat utang domestik. Alhasil neraca pembayaran Indonesia pada kuartal I/2024 defisit US$6 miliar.

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan BI akan terus mencermati dinamika perekonomian global yang mempengaruhi kinerja NPI. Pihaknya juga akan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi kebijakan yang erat dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal. 

“NPI 2024 diprakirakan terjaga dengan transaksi berjalan dalam kisaran defisit rendah sebesar 0,1% sampai dengan 0,9% dari PDB,” ujarnya dalam keterangan resmi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper