Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah China mempertimbangkan langkah pengurangan kelebihan stok rumah untuk mengakhiri penurunan harga yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saat ini, tercatat sekitar 60 juta unit apartemen yang belum terjual.
Menurut Bloomberg Economics, Jumat (31/5/2024), jumlah tersebut diperkirakan membutuhkan waktu lebih dari 4 tahun untuk bisa terjual tanpa adanya bantuan pemerintah.
Kelebihan pasokan atau oversupply perumahan tersebut menyeret harga rumah dalam laju tercepat dalam satu dekade terakhir. Hal ini pun mendorong orang untuk tidak membeli properti, terlebih di kota-kota besar.
Untuk memutus lingkaran tersebut, Bank Sentral China telah mengumumkan insentif senilai US$41 miliar kepada pemerintah daerah untuk membeli rumah-rumah yang belum terjual.
Pada sisi permintaan, dibutuhkan penurunan uang DP dan bunga KPR untuk menarik lebih banyak pembeli rumah. Namun, saat ini hanya bisa menunggu hasil kebijakan tersebut apakah bisa mengakhiri krisis perumahan China.
"Jumlah perumahan yang belum terjual saat ini merupakan rekor dalam sejarah China," ujar Jay Lau, seorang analis properti di S&P Global Ratings.
Baca Juga
Menurutnya, kebijakan terbaru dari pemerintah China hanya akan menjadi pendorong sementara penurunan jumlah properti yang belum laku.
Kondisi penjualan properti di kota tier-1 pun juga tak terlalu menggembirakan, butuh sekitar 27 bulan untuk menjual suplai rumah baru per April 2024, berdasarkan China Real Estate Information Corp.
Rentang waktu tersebut merupakan yang terlama dalam 7 tahun terakhir. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat membutuhkan waktu 9 bulan untuk menjual suplai rumah baru.
Tiga kota besar di China, yaitu Shanghai, Shenzhen, dan Guangzhou, telah merilis kemudahan untuk para pembeli dengan menurunkan uang DP dan memberikan ruang untuk kredit yang lebih murah.
Para analis memproyeksikan pemerintah Beijing juga lmelakukan yang sama. Pasalnya, ibu kota China ini memiliki jangka waktu yang paling lama untuk menjual suplai rumah.
“Ada perubahan mendasar dalam kepercayaan pembeli rumah terhadap kota-kota terbesar dalam jangka panjang,” kata Yan Yuejin, Direktur of E-house China Reserach & Development Institute.
“Meskipun kota-kota tier kedua memiliki stok perumahan yang lebih tinggi, masalah persediaan terbesar terletak pada kota-kota besar.”
Pada bulan April, sekitar 80% kota di China memiliki tingkat penyerapan suplai yang lebih buruk daripada “garis peringatan” selama 18 bulan, menurut CRIC.
Hal ini terjadi bahkan setelah pengembang menahan diri untuk menawarkan proyek baru di tengah penjualan yang lesu, sehingga menyebabkan pasokan baru menyusut 20% dari bulan Maret.