Bisnis.com, JAKARTA - Laju pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) terbaru diketahui melambat, dengan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal I/2024 yang lebih rendah dari perkiraan awal.
Biro Analisis Ekonomi (BEA) AS pada Kamis (30/5/2024) melaporkan bahwa PDB AS naik 1,3% dari kuartal I/2024, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Angka ini berada di bawah estimasi pertumbuhan ekonomi sebelumnya yang sebesar 1,6%.
Kemudian, pertumbuhan belanja konsumen yang menjadi mesin pertumbuhan utama ekonomi AS mencapai 2% pada kuartal I/2024, lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya yang sebesar 2,5%.
Revisi ke bawah belanja konsumen juga diturunkan karena pengeluaran barang, khususnya otomotif, yang jauh lebih lemah. Pengeluaran pemerintah federal melambat, sementara impor meningkat dibandingkan dengan perkiraan pertama. Kinerja ekspor bersih mengalami perlambatan untuk pertama kalinya dalam dua tahun.
Revisi ke bawah belanja konsumen sebagian juga diimbangi dengan menguatnya investasi bisnis dan perumahan. Ukuran utama permintaan domestik yang dikenal sebagai penjualan akhir kepada pembeli domestik swasta naik 2,8%, dibandingkan dengan kenaikan 3,1% yang dilaporkan pada awalnya.
Adapun, para ekonom kemudian menunjuk pada kekuatan metrik sebagai alasan bahwa permintaan masih kuat walaupun angka PDB utama terlihat lebih lemah.
Baca Juga
“Data bulanan setelah bulan Maret secara umum menunjukkan ekspansi ekonomi yang terus berlanjut, meskipun sedikit melambat. Kami mengantisipasi kenaikan PDB yang berkelanjutan tahun ini dan kemajuan yang sehat pada tahun 2024 secara keseluruhan,” jelas Ekonom Pasar Keuangan Nasional Oren Klachkin dalam catatannya, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (24/5/2024).
Lanjutnya, dia juga mengatakan bahwa beberapa tanda peringatan mengenai prospek ekonomi terlihat jelas di balik permukaan. Namun, dia berpendapat tidak ada yang membuat mereka pesimis terhadap masa depan.
Proyeksi The Fed
Kontraksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I/2024 juga menunjukkan efektivitas strategi Federal Reserve yang secara bertahap mendinginkan perekonomian melalui suku bunga tinggi yang berdampak.
Adapun, hal ini dikarenakan konsumen semakin menolak harga yang lebih tinggi, meskipun belum pasti apakah tren pelemahan inflasi akan terus berlanjut.
Untuk diketahui, laba perusahaan menurun sebesar 0,6% menjadi US$3,39 triliun dari rekor tertinggi kuartal IV/2023. Penurunan ini juga terjadi untuk pertama kalinya dalam setahun.
"Revisi ke bawah terhadap pertumbuhan ekonomi serta revisi ke bawah yang lebih kecil terhadap inflasi membuat The Fed kemungkinan besar akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan September," jelas kepala ekonom di Comerica Bank, Bill Adams, dikutip dari Reuters.
Lanjutnya, dia mengatakan bahwa dengan ekonomi yang beroperasi pada kecepatan rendah, margin kapasitas yang mengendur terbuka dan konsumen merasa tidak terlalu senang.
Hal ini kemudian di ilustrasikan dari data National Association of Realtors pada hari Kamis (30/5) yang menunjukan penandatanganan kontrak untuk pembelian rumah AS menurun paling banyak dalam tiga tahun terakhir pada April 2024. Tingkat aktivitas keseluruhan juga yang terendah sejak dimulainya pandemi Covid-19 pada musim semi 2020.