Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati melaporkan realisasi penerimaan negara yang dikumpulkan Direktorat Bea dan Cukai mencapai Rp95,7 triliun hingga akhir April 2024.
Penerimaan kepabeanan dan cukai tersebut telah mencakup 29,8% dari target APBN 2024 dan tumbuh 1,3% (year-on-year/yoy) didorong penerimaan dari bea keluar (BK) yang tumbuh signifikan.
Dia menuturkan bertambahnya kas negara dari bea dan cukai ini terdorong oleh bea keluar yang mencapai Rp5,8 triliun sepanjang Januari-April. Capaian ini mencakup 33% dari target APBN 2024.
“Tumbuhnya 40,6% terutama bea keluar barang mineral tumbuh 6 kali lipat dari tahun sebelumnya karena adanya relaksasi dari ekspor produk mineral,” tuturnya dalam konferensi pers, Senin (27/5/2024).
Meski demikian, bea keluar untuk produk sawit tercatat mengalami penurunan sebesar 68,3% (yoy) sejalan dengan kinerja ekspor yang juga turun.
Harga minyak kelapa sawit mentah bahkan tercatat telah turun hingga 11,16% (yoy), yang mana sebelumnya harga komoditas tersebut di angka US$911/MT menjadi US$809/MT.
Baca Juga
Volume ekspor dari produk sawit juga turun 11,36% (yoy) dari 12,95 juta ton, menjadi hanya 11,48 juta ton.
“Jadi untuk sawit ini dua-duanya kena ya, volume dan harganya mengalami penurunan. Volume turun 11,36% untuk harganya turun 11,1%,” jelasnya.
Lebih lanjut, penerimaan dari bea masuk tercatat adanya penurunan tipis sebesar 0,5% (yoy) atau 27,4% dari target bea masuk tahun ini.
Penurunan ini disebabkan karena penurunan tarif efektif bea masuk dari 1,47% menjadi 1,35%, meski impor tercatat mengalami kenaikan 0,9% (yoy).
Kontribusi penurunan penerimaan disumbangkan oleh empat komoditas utama, seperti kendaraan roda 4, suku cadang kendaraan, gas alam dan buatan.
Sementara untuk cukai, telah terkumpul Rp74,2 triliun atau mencapai 30,2% dari pagu APBN.
Capaian ini turun 0,5% dibandingkan tahun sebelumnya, terutama dari produksi hasil tembakau yang dalam hal ini tumbuh namun terjadi shifting.
Atas penerapan tarif efektif yang membuat golongan 1 semakin mahal, memberikan dampak terhadap penurunan hasil produksi sebesar 3% (yoy). Di sisi lain, hasil tembakau golongan 2 justru tumbuh 14,2% (yoy).
Secara umum, pendapatan negara hingga 30 April 2024 telah mencapai Rp924,9 triliun, di mana penerimaan pajak menjadi penyumbang terbesar, yakni senilai Rp719,9 triliun. Sementara dari PNBP mencapai Rp203,3 triliun.