Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan mencabut ratusan pengecualian barang China dari kenaikan tarif impor. Artinya, akan ada tambahan produk China yang kena bea masuk tinggi ke AS.
Dikutip dari Bloomberg, Minggu (26/5/2024) langkah Biden menerapkan tarif tinggi untuk barang yang sebelumnya dikecualikan itu merupakan strategi untuk memperluas perlindungan di sektor-sektor strategis manufaktur Amerika.
Sebelumnya, terdapat sekitar 400 produk China yang dikecualikan dari kebijakan kenaikan tarif impor. Namun, United States Trade Representative (USTR) menyebut kebijakan pengecualian akan berakhir untuk setengah dari produk tersebut.
Adapun, tersisa 164 produk yang dikecualikan dari tarif impor tinggi akan berlangsung hingga Mei 2025. Sedangkan, sisanya akan berakhir pada 14 Juni mendatang untuk memberikan masa transisi.
Beberapa produk yang terus mendapat pengecualian hingga Mei mendatang antara lain jenis motor dan peralatan medis, produknya beragam lainnya seperti kursi pengaman anak, jenis ransel tertentu, dan beberapa jenis daging kepiting.
Kantor perdagangan AS juga tidak mencatat adanya komentar publik dari ratusan barang yang pengecualiannya dihentikan bulan depan. Namun, sejumlah wilayah menunjukkan kecemasan lantaran sejumlah barang impor tak tersedia dari sumber selain China.
Baca Juga
Untuk diketahui, langkah ini dilakukan setelah pemerintah mengatakan akan menaikkan tarif 4 kali lipat pada kendaraan listrik yang diimpor dari China dan menaikkan pungutan impor termasuk semikonduktor, baterai, sel surya, dan mineral penting karena dugaan pencurian kekayaan intelektual di negara tersebut.
Tarif ini pertama kali diberlakukan pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump mulai tahun 2018.
AS juga akan menaikkan pungutan pada derek pelabuhan dan produk medis asal China, selain kenaikan yang telah dilaporkan sebelumnya pada baja, aluminium, dan kendaraan listrik.
Nilai produk impor dari China yang terdampak kenaikan tarif tersebut diperkirakan mencapai US$18 miliar.
“Hari ini, kami memenuhi tujuan hukum kami untuk menghentikan tindakan, kebijakan, dan praktik terkait transfer teknologi China yang berbahaya, termasuk gangguan siber dan pencurian siber,” ujar Perwakilan Dagang AS Katherine Tai dilansir dari Bloomberg.