Bisnis.com, KARAWANG - Perum Bulog menilai harga eceran tertinggi atau HET beras sulit turun lantaran pemerintah sudah beberapa kali melakukan relaksasi terhadap HET beras baik premium maupun medium.
Direktur Utama Perum Bulog, Krisnamurthi, menyampaikan, kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk HET beras kembali ke harga normal.
“Biasanya sulit ya kalau sudah sekali naik susah turun, memang kondisinya begitu,” kata Bayu di Sentra Penggilingan Padi Perum Bulog, Karawang, Jawa Barat, Senin (20/5/2024).
Menurutnya, harga beras bisa saja turun jika produksi beras tahun ini dalam kondisi melimpah. Namun, hal tersebut sulit terjadi dalam waktu dekat.
Bayu, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, pada Juni 2024 defisit beras berpotensi terjadi sekitar 0,45 juta ton atau 450.000 ton.
“Bulan Juni saja sudah defisit lagi jadi saya duga akan sulit untuk turun,” ujarnya.
Baca Juga
Pemerintah sebelumnya telah melakukan relaksasi HET untuk beras premium dan beras SPHP. Relaksasi HET beras premium kembali diperpanjang hingga 31 Mei 2024.
Adapun, kenaikan HET beras premium yang berlaku sejak 10 Maret 2024 adalah sebesar Rp1.000 per kilogram untuk tiap wilayah. Misalnya untuk wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatra Selatan, HET dipatok menjadi Rp14.900 per kilogram dari sebelumnya Rp13.900 per kilogram.
Bapanas turut mengerek HET beras SPHP per 1 Mei 2024 melalui Badan Pangan Nasional No. 142/TS/02.02/K/4/2024 tanggal 29 April 2024 tentang Penugasan SPHP Beras tahun 2024.
Dalam surat tersebut, HET beras Bulog naik di kisaran Rp1.600 per kilogram hingga Rp1.700 per kilogram untuk tiap wilayah mulai 1 Mei 2024.
Sebelumnya, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, adanya kenaikan HET beras Bulog dilakukan untuk menyesuaikan atas agro input yang bergerak naik termasuk harga sewa lahan hingga hari orang kerja (HOK).
Melalui Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia No. 167/2024 tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah, pemerintah mengerek HPP gabah dan beras mulai 3 April hingga 30 Juni 2024.
Dalam beleid itu, HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menjadi Rp6.000 per kilogram atau naik Rp1.000 per kilogram dari sebelumnya Rp5.000 per kilogram.
Kebijakan ini dinilai dapat membantu keseimbangan harga yang wajar dari hulu hingga hilir. Sebab, jika HPP tidak disesuaikan petani akan menjadi korban. Dengan adanya penyesuaian tersebut maka harga beras di tingkat konsumen otomatis ikut menyesuaikan.
“Jika GKP Rp6.000 per kilogram, sangat wajar jika beras Bulog Rp12.500 per kilogram,” kata Arief kepada Bisnis, Selasa (7/5/2024).