Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua 2024 berpotensi tumbuh melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal I/2024 yang berhasil mencapai 5,11% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Peneliti Pusat Industri Perdagangan dan Investasi Indef Ahmad Heri Firdaus menyampaikan bahwa konsumsi rumah tangga pada kuartal kedua 2024 masih akan mendapatkan dorongan dari momentum Lebaran, termasuk arus balik dan liburan sekolah.
Namun demikian, menurutnya, inflasi atau lonjakan harga pangan pada periode tersebut juga berpotensi menahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada periode tersebut.
“Harapannya dengan adanya dinamika seperti Lebaran dan liburan sekolah bisa mengakselerasi konsumsi. Namun, kalau misalnya terjadi kenaikan harga yang dirasa memberatkan atau mengganggu daya beli, maka [pertumbuhan konsumsi rumah tangga] tidak akan optimal,” katanya dalam acara diskusi publik, Selasa (7/5/2024).
Ahmad mengatakan, dengan kenaikan harga pangan, terutama pada komoditas strategis, masyarakat cenderung menahan konsumsi sehingga dikhawatirkan akan berdampak pula pada perlambatan ekonomi pada kuartal II/2024.
Pasalnya, konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal pertama 2024, konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 54,93% terhadap total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Baca Juga
“Stabilitas harga harus diperhatikan [oleh pemerintah], tidak semata-mata pada kuartal II ada Lebaran dan liburan anak sekolah pasti [konsumsi] naik, kalau daya beli anjlok karena inflasi yang tinggi atau terjadi kenaikan pada beberapa komoditas strategis, ini akan jadi ancaman juga,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama menyampaikan bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I/2024 pun bukan merupakan pertumbuhan yang optimal.
Padahal, momentum untuk mendorong konsumsi rumah tangga terbilang cukup banyak, diantaranya Ramadan, persiapan Lebaran, hingga efek dari Pemilu.
“Kalau daya beli masyarakat baik-baik saja, itu seharusnya bisa mendongkrak lebih dari 5,11% [pertumbuhan ekonomi kuartal II/2024],” katanya.
Menurutnya, salah satu penahan pertumbuhan konsumsi rumah tangga adalah laju inflasi, terutama inflasi pangan yang cenderung meningkat sejak semester II/2023.
Kenaikan inflasi pangan ini pun tidak mengimbangi kenaikan pendapatan di masyarakat, terutama kelas menengah, sehingga konsumsi masyarakat terutama kelas menengah menjadi tertahan. Masyarakat kelas ini pun tidak mendapatkan bantalan sosial dari pemerintah.