Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Dagang RI Sentuh Rekor Tertinggi 13 Bulan, Begini Respons BI

Bank Indonesia (BI) buka suara terkait kinerja neraca dagang Indonesia yang sentuh rekor tertinggi dalam 13 bulan, yakni US$4,47 miliar.
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ilustrasi neraca perdagangan Indonesia. Foto udara suasana di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Kamis (8/9/2022). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) buka suara usai Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2024 mencapai US$4,47 miliar atau rekor tertinggi dalam 13 bulan terakhir.

BPS mencatat surplus neraca perdagangan RI pada Maret 2024 tercatat naik signifikan dari surplus bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) sebesar US$0,83 miliar.

Asisten Gubernur sekaligus Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menyampaikan bahwa surplus yang naik pada Maret 2024 tersebut akan mendukung ketahanan eksternal Indonesia.

“BI memandang perkembangan ini positif untuk menopang ketahanan eksternal perekonomian Indonesia lebih lanjut,” katanya dikutip pada Selasa (23/4/2024). 

Erwin mengatakan, BI ke depan akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas lain guna terus meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Dia merincikan surplus neraca perdagangan Maret 2024 yang lebih tinggi terutama bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat signifikan. 

Tercatat, neraca perdagangan nonmigas pada Maret 2024 mencatat surplus sebesar US$6,51 miliar, lebih tinggi dibandingkan surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$2,60 miliar. 

Surplus neraca perdagangan nonmigas yang tinggi, sejalan dengan ekspor nonmigas yang meningkat mencapai US$21,15 miliar. 

“Kinerja positif ekspor nonmigas tersebut didukung oleh ekspor komoditas berbasis sumber daya alam, seperti logam mulia dan perhiasan/permata, besi dan baja, serta lemak dan minyak hewani/nabati maupun ekspor produk manufaktur seperti mesin dan perlengkapan elektrik serta berbagai produk kimia,” kata Erwin. 

Dia menambahkan, berdasarkan negara tujuan, ekspor nonmigas ke China, Amerika Serikat, dan India tetap menjadi kontributor utama ekspor Indonesia. 

Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas tercatat meningkat menjadi sebesar US$2,04 miliar pada Maret 2024, sejalan dengan peningkatan impor migas yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan ekspor migas.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper