Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2024 kembali mencetak surplus US$4,47 miliar. Sedangkan secara kumulatif, neraca perdagangan sejak Januari-Maret 2024 mencapai US$7,31 miliar dolar.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar menyampaikan kondisi ini mengalami penurunan US$4,80 miliar dibandingkan periode yang sama Januari-Februari 2023 (year-on-year/yoy).
Dia menuturkan surplus neraca dagang pada Maret 2024 lebih tinggi dari bulan sebelumnya ataupun bulan yang sama pada tahun lalu.
"Surplus neraca dagang Indonesia pada Maret 2024 sebesar US$4,47 milia. Dengan demikian neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus 47 bulan berturut" sejak mei 2020," kata Amalia dalam konferensi pers, Senin (22/4/2024).
Sementara itu, BPS mencatat nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 sebesar US$22,43 miliar. Amalia mengatakan kinerja ekspor pada Maret 2024 naik 16,40% dibandingkan Februari 2024 (month-to-month/mtm).
"Ekspor migas tercatat US$1,29 miliar atau naik 5,62% dan ekspor nonmigas naik 17,12% dengan nilai US$21,15 miliar," ujarnya.
Baca Juga
Dia mengatakan peningkatan kinerja ekspor pada Maret 2024 terjadi karena kenaikan nonmigas terutama logam mulia emas perhiasan, besi dan baja serta lemak dan minyak hewan nabati.
Sementara itu, nilai impor pada Maret 2024 mencapai US$17,96 miliar atau turun 2,60% secara bulanan (mtm). Impor migas tercatat US$3,33 miliar atau naik 11,64% mtm, sementara impor nonmigas senilai US$14,63 miliar atau mengalami penurunan 5,34% (mtm).
"Secara tahunan, impor Maret 2024 turun 12,76%, nilai impor migas naik 10,34% sementara impor nonmigas turun 16,72%," jelasnya.
Sebelumnya, Neraca perdagangan Indonesia diproyeksi rata-rata ekonom akan melanjutkan tren surplus ke-47 kali per Maret 2024. Neraca perdagangan secara resmi dirilis oleh Badan Pusat Statistik pada Senin (22/4/2024).
Data konsensus ekonom Bloomberg, Minggu (21/4/2024), dari 19 ekonom proyeksi surplus neraca perdagangan berada di angka US$1,15 miliar.
Proyeksi tertinggi berada di angka US$1,73 miliar dirilis oleh Aldian Taloputra yang merupakan ekonom Standard Chartered Bank. Sementara estimasi terendah dirilis oleh Ekonom KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana dengan defisit US$410 juta.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro, termasuk dalam konsensus, memproyeksikan neraca perdagangan Maret 2024 masih akan terus surplus dengan angka US$1,57 miliar.
Angkan ini meningkat dari US$0,87 miliar yang tercatat pada Februari 2024. Peningkatan ini sejalan dengan normalisasi kegiatan impor setelah periode Ramadan dan Idulfitri 2024.
Meski adanya peningkatan tersebut, Asmo melihat adanya potensi penurunan ekspor akibat masih lemahnya permintaan dari negara mitra dagang Indonesia.
“Kami mengantisipasi berlanjutnya penurunan ekspor akibat masih lemahnya permintaan, terutama dari negara mitra dagang akibat perlambatan perdagangan global yang masih berlangsung,” ujarnya, dikutip Minggu (21/4/2024).
Di sisi lain, impor diperkirakan akan kembali normal setelah periode impor yang tinggi dalam rangka persiapan Idulfiitri pada Februari lalu, termasuk impor minyak mentah serta barang nonmigas seperti barang konsumsi dan barang modal.