Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data ekspor, impor, dan neraca perdagangan Maret 2024 pada siang ini, Senin (22/4/2024).
Konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg memperkirakan surplus neraca perdagangan secara rata-rata sebesar US$1,14 miliar, dengan estimasi tertinggi sebesar US$1,73 miliar dan terendah defisit US$410 juta.
Kepala Ekonom BCA David Sumual memperkirakan surplus perdagangan pada Maret 2024 akan mencapai US$1,7 miliar.
David memperkirakan kinerja ekspor dan impor pada periode tersebut tumbuh melambat yang dipengaruhi oleh high base effect pada periode yang sama tahun lalu.
“Pada Maret tahun lalu sangat tinggi baik dari sisi impor maupun ekspor, kemungkinan besar karena efek mulai bulan Ramadan di Maret 2023 dan ekspor volume coal tinggi setelah China reopening,” katanya kepada Bisnis, Minggu (21/4/2024).
Sementara jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, David mengatakan kinerja ekspor dan impor cenderung meningkat pada Maret 2024.
Baca Juga
“Secara bulanan [month-to-month/mtm] keduanya meningkat, lebih dominan karena sebagian besar harga komoditas juga meningkat secara mtm, paling tinggi cocoa 40%, CPO 9%, batu bara, minyak, dan sebagian besar komoditas lain,” jelasnya.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa surplus neraca perdagangan pada Maret 2024 diperkirakan sebesar US$1,63 miliar.
Dia, menjelaskan surplus tersebut terjadi akibat kinerja ekspor yang mulai membaik dengan tumbuh 8,05% secara bulanan.
Meski demikian, laju pertumbuhan tahunan dari kinerja ekspor diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -10,91% (year-on-year/yoy).
Perkembangan ini utamanya dipengaruhi oleh akselerasi ekonomi China, yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia, setelah liburan panjang Tahun Baru Imlek pada Februari lalu.
“Permintaan dari Tiongkok diperkirakan akan membaik, sebagaimana dibuktikan oleh peningkatan impor Tiongkok dari Indonesia sebesar 9,65% mtm di bulan Maret 2024,” kata Josua.