Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Venezuela Tawarkan Banyak Blok Minyak Prospektif Buat Indonesia

Blok minyak prospektif ditawarkan Venezuela pada pemerintah Indonesia
Venezuela Tawarkan Banyak Blok Minyak Prospektif Buat Indonesia/tambang.co
Venezuela Tawarkan Banyak Blok Minyak Prospektif Buat Indonesia/tambang.co

Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji menuturkan Venezuela menawarkan sejumlah blok minyak prospektif untuk Indonesia. 

Hanya saja, kata Tutuka, embargo Amerika Serikat (AS) untuk Venezuela masih menjadi kendala untuk akuisisi lanjutan di negara tersebut. 

“Mereka menawarkan banyak dan menarik, sebagian besar investasinya murah, tapi Venezuela masih kena sanksi,” kata Tutuka saat ditemui di Jakarta, Selasa (16/4/2024). 

Tutuka menuturkan kementeriannya masih berhati-hati untuk meningkatkan kerja sama blok minyak di kawasan terkena embargo AS tersebut. 

Saat ini, kata dia, kementeriannya masih melakukan kajian lebih lanjut selepas penandatangan MoU kerja sama Migas antara Menteri ESDM Arifin Tasrif dengan Menteri Perminyakan Venezuela Pedo Rafael Tellechea di Caracas 18 Januari 2024 lalu. 

“Ada blok minyak yang menarik tapi kita belum bisa action langsung. Kita kaji dulu, kita harap konflik di sana bisa selesai,” tuturnya. 

Berdasarkan data BP Statistical Review of World Energy 2020, cadangan terbukti (proven) minyak mentah dunia sebanyak 1.733,9 miliar barel pada akhir 2019. Dari jumlah tersebut, sebanyak 303,8 miliar barel dimiliki oleh Venezuela.

Padahal, cadangan minyak Venezuela pada akhir 1999 hanya 76,8 miliar barel. Namun, lokasi negara itu berada di atas formasi La Luna, formasi batuan sumber kaya organik era Cretaceous yang ideal untuk deposit minyak.

Sementara itu, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) resmi mendapat perpanjangan kontrak 20 tahun untuk Blok Urdaneta West Field, portofolio minyak perusahaan migas pelat merah di Venezuela.

PHE memiliki aset blok minyak di Blok Urdaneta West Field, Venezuela lewat pengendalian bersama operasi (PBO) dengan Petroregional del Lago Mixed Company. PHE mengempit hak partisipasi 32%, bekerja sama dengan mitra lokal Petroleos de Venezuela S.A., PDVSA Social.

Kontrak sebelumnya diteken pada 2006 lalu dengan masa operasi sampai dengan 2026 mendatang. Blok tersebut pertama kali berproduksi pada 1974. Lewat kontrak baru ini, PHE bisa menggarap lapangan minyak itu hingga 2046 mendatang. 

“Yang Venezuela kita sebetulnya lebih fokus ke unlock value ya di mana kita tahu Venezuela merupakan negara yang terkena sanksi, kita harap kita bisa recover dari situ,” kata Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Wiko Migantoro saat ditemui Bisnis di DPR, Jakarta, Kamis (28/3/2024). 

Sebelumnya, Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto meminta PHE untuk menambah investasi pengembangan, eksplorasi, dan akuisisi untuk lapangan minyak di Venezuela. 

Alasannya, kata Sugeng, realisasi lifting nasional terus susut beberapa tahun terakhir. Adapun, realisasi lifting minyak hingga akhir 2023 berada di level 605.500 barel setara minyak per hari (bopd) atau 92% dari target APBN yang saat itu ditetapkan di rentang 660.000 bopd. Sementara itu, realisasi salur gas hingga akhir 2023 berada di level 5.378 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) atau 87% dari target APBN tahun lalu sebesar 6.160 MMscfd. 

Belakangan, work program & budget (WP&B) 2024 untuk target lifting migas disepakati di bawah angka yang ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). 

WP&B 2024 untuk lifting minyak ditetapkan di level 596.000 bopd atau lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam APBN di level 635.000 bopd. Sementara itu, hasil diskusi dengan KKKS menyepakati target salur gas untuk 2024 dalam WP&B di level 5.544 MMscfd. Target itu lebih rendah dari batas minimal yang diamanatkan APBN di level 5.6785 MMscfd.

“Potensi di dalam negeri agak berat, cenderung eksplorasi ditemukan gas dan gas, kenapa tidak ke Venezuela saja karena kita tahu proven reserve-nya itu kurang lebih 300 miliar barel terbesar kedua setelah Arab Saudi,” kata Sugeng. 

Sugeng mengatakan, realisasi lifting dari dua blok minyak andalan Indonesia, yakni Blok Rokan dan Blok Cepu, saat ini terus mengalami penyusutan. Kendati dua blok ini tengah melakukan pengembangan dan eksplorasi lanjutan untuk menahan penurunan produksi. Hanya saja, kata dia, investasi yang dikeluarkan untuk menahan laju penurunan produksi relatif mahal. 

“Di Rokan ini kan terlalu mahal, bayangkan produksinya 160.000 barel, tetapi fluida yang dikeluarkan itu 10 juta barel itu yang jadi mahal karena itu perlu listrik buat flooding-nya uapnya,” tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper