Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Hulu Energi (PHE) resmi mendapat perpanjangan kontrak 20 tahun untuk Blok Urdaneta West Field, portofolio minyak perusahaan migas pelat merah di Venezuela.
Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Wiko Migantoro, mengatakan perpanjangan kontrak itu diteken pada akhir tahun lalu. Perpanjangan kontrak diharapkan dapat menambah cadangan serta produksi minyak Pertamina mendatang.
“Sudah diperpanjang, dapat perpanjangan 20 tahun lagi,” kata Wiko saat ditemui Bisnis di Jakarta, Kamis (28/3/2024).
PHE memiliki aset blok minyak di Blok Urdaneta West Field, Venezuela lewat pengendalian bersama operasi (PBO) dengan Petroregional del Lago Mixed Company. PHE mengempit hak partisipasi 32%, bekerja sama dengan mitra lokal Petroleos de Venezuela S.A., PDVSA Social.
Kontrak sebelumnya diteken pada 2006 lalu dengan masa operasi sampai dengan 2026 mendatang. Blok tersebut pertama kali berproduksi pada 1974. Lewat kontrak baru ini, PHE bisa menggarap lapangan minyak itu hingga 2046 mendatang.
“Yang Venezuela kita sebetulnya lebih fokus ke unlock value ya di mana kita tahu Venezuela merupakan negara yang terkena sanksi, kita harap kita bisa recover dari situ,” ujarnya.
Baca Juga
Di sisi lain, dia mengatakan, perseroan tetap menjajaki kemungkinan-kemungkinan lain untuk menggarap potensi minyak di negara itu.
“Kita pelajari sambil jalan, artinya secara aset memang bagus di sana tapi secara ekosistem bisnisnya juga harus mendukung karena dia negara sanksi,” ucap Wiko.
Adapun, belakangan PHE menarik dividen senilai US$300 juta setara dengan Rp4,7 triliun (asumsi kurs Rp15.680 per dolar AS) dari Blok Urdaneta West Field di Venezuela yang telah tertahan 4 tahun terakhir.
Sebelumnya, Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto, meminta PHE untuk menambah investasi pengembangan, eksplorasi, dan akuisisi untuk lapangan minyak di Venezuela. Alasannya, kata Sugeng, realisasi lifting nasional terus susut beberapa tahun terakhir.
Adapun, realisasi lifting minyak hingga akhir 2023 berada di level 605.500 barel setara minyak per hari (bopd) atau 92% dari target APBN yang saat itu ditetapkan di rentang 660.000 bopd.
Sementara itu, realisasi salur gas hingga akhir 2023 berada di level 5.378 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) atau 87% dari target APBN tahun lalu sebesar 6.160 MMscfd.
Kendati demikian, tingkat reserves replacement ratio (RRR) sepanjang 2023 berhasil mencatatkan torehan positif sebesar 123,5%. Adapun, target RRR untuk tahun ini dipatok lebih rendah di level 120%.
Belakangan, work program & budget (WP&B) 2024 untuk target lifting migas disepakati di bawah angka yang ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
WP&B 2024 untuk lifting minyak ditetapkan di level 596.000 bopd atau lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam APBN di level 635.000 bopd.
Sementara itu, hasil diskusi dengan KKKS menyepakati target salur gas untuk 2024 dalam WP&B di level 5.544 MMscfd. Target itu lebih rendah dari batas minimal yang diamanatkan APBN di level 5.6785 MMscfd.
“Potensi di dalam negeri agak berat, cenderung eksplorasi ditemukan gas dan gas, kenapa tidak ke Venezuela saja karena kita tahu proven reserve-nya itu kurang lebih 300 miliar barel terbesar kedua setelah Arab Saudi,” kata Sugeng.
Berdasarkan data BP Statistical Review of World Energy 2020, cadangan terbukti (proven) minyak mentah dunia sebanyak 1.733,9 miliar barel pada akhir 2019. Dari jumlah tersebut, sebanyak 303,8 miliar barel dimiliki oleh Venezuela.
Padahal, cadangan minyak Venezuela pada akhir 1999 hanya 76,8 miliar barel. Namun, lokasi negara itu berada di atas formasi La Luna, formasi batuan sumber kaya organik era Cretaceous yang ideal untuk deposit minyak.