Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketegangan Timur Tengah Meningkat, Harga Minyak Melebihi US$90 Per Barel

Harga minyak dunia menembus US$90 per barel akibat ketegangan di Timur Tengah.
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris
Tempat penyimpanan minyak di Pelabuhan Richmond in Richmond, California/ Bloomberg - David Paul Morris

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak telah bertahan pada lonjakan besar. Hal ini karena meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, sehingga melambungkan harga melewati ambang batas US$90 per barel. 

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (13/2), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2024 menguat 0,24% atau 0,21 poin menjadi US$86,80 per barel pada pukul 17.04 WIB. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Juni 2024 juga menguat 0,42% atau 0,38 poin poin ke US$91,03 per barel.

Fokus minyak kini telah beralih pada penyesuaian risiko geopolitik, setelah Israel meningkatkan persiapan untuk menghadapi potensi pembalasan Teheran atas serangan terhadap kompleks diplomatik Iran di Suriah. Hal ini dikhawatirkan akan memicu konflik regional yang lebih luas.

Adapun, harga minyak mentah juga telah melonjak pada 2024 karena kekhawatiran geopolitik di Timur Tengah yang mendorong pasar. Kenaikan ini juga didukung oleh berkurangnya pasokan dan permintaan yang lebih tinggi dari perkiraan. 

Konflik antara Israel dan Hamas telah menyebabkan serangan Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Serangan ini berdampak pada meningkatnya biaya transportasi, namun sejauh ini belum menjadi perang yang lebih luas. 

Akibat ketegangan telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, hal ini menyebabkan aktivitas yang sibuk di pasar opsi minyak dengan bullish call diperdagangkan dengan harga premium yang jarang terjadi, hingga bearish dan volatilitas pasar melonjak. 

“Pasar sekarang tahu bahwa semacam pembalasan dari Iran kemungkinan akan terjadi tetapi mereka tidak tahu kapan, di mana, dan apa, dan hal itu menciptakan ketidaknyamanan dan kegelisahan yang besar,” terang kepala analis komoditas di SEB AB, Bjarne Schieldrop.

Awal pekan ini, OPEC+ juga memilih untuk tetap melakukan pengurangan pasokan pada paruh pertama tahun ini, menjaga pasar global tetap ketat dan mendukung kemungkinan kenaikan harga.

Pemangkasan tersebut kemudian juga diperdalam dengan adanya keputusan Meksiko untuk membatasi sebagian ekspor minyaknya, yang selanjutnya akan mengurangi volume ke pasar. 

Selain itu, dalam beberapa pekan terakhir, pengamat pasar juga memiliki pandangan yang lebih bullish. 

JPMorgan Chase & Co. mengatakan Brent berpotensi naik ke level US$100 per barel pada 2024, jika keputusan Rusia untuk memangkas produksi tidak diimbangi dengan tindakan balasan lainnya. ANZ Banking Group Ltd. juga menaikkan prospek tiga bulannya menjadi US$95 per barel. 

Pendiri Vanda Insights di Singapura, Vandana Hari, mengatakan bahwa ketegangan yang lebih luas di Timur Tengah akibat perang di Gaza mungkin mencapai titik tertinggi dalam beberapa bulan terakhir. 

 “Minyak mentah mencerminkan ketakutan akan kebakaran besar di Timur Tengah,” terangnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper