Bisnis.com, JAKARTA - Megaproyek kereta cepat Trans Borneo Railway tengah menuai sorotan publik. Pasalnya, jaringan kereta cepat ini disebut bakal melintasi 3 negara sekaligus yaitu Brunei Darussalam, Malaysia dan Indonesia.
Pembangunan proyek digagas perusahaan asal Brunei Darussalam, Brunergy Utama Sdn Bhd. ini rencananya terbagi dalam dua tahap dengan total rute sepanjang 1.600 kilometer dan mampu mencapai kecepatan hingga 350 km per jam.
Berdasarkan pengumuman Brunergy Utama yang dikutip Nikkei Asia, tahap pertama proyek kereta cepat akan menghubungkan Pontianak, Ibu Kota Kalimantan Barat, Kuching, Kinabalu, hingga distrik Tutong, Brunei.
Sementara itu, tahap kedua Trans Borneo akan melintasi daerah selatan dan timur Kalimantan, termasuk Samarinda dan Balikpapan.
"Ke depannya, kereta cepat ini juga akan terhubung dengan ibu kota baru Indonesia, Nusantara," demikian kutipan pengumuman tersebut dilansir dari Nikkei Asia.
Proyek ini dilaporkan bakal menelan investasi jumbo yakni US$70 miliar atau setara Rp1.117 triliun jika terealisasi sepenuhnya.
Baca Juga
Adapun, proyek kereta cepat bukan merupakan barang baru di wilayah Asia. Jepang merupakan salah satu pionir teknologi ini melalui Shinkansen yang menjadi layanan kereta cepat komersial pertama di dunia pada 1964.
Kala itu, layanan bernama Tokaido Shinkansen itu dibangun untuk menghubungkan daerah Tokyo dengan Osaka menelan biaya sebesar 200 miliar Yen atau US$1,3 miliar.
Terbaru, Jepang kini tengah membangun layanan kereta cepat generasi terbaru yang menggunakan teknologi rel magnet atau atau maglev. Layanan dengan nama Chuo Shinkansen ini rencananya akan memiliki panjang lintasan sekitar 285,6km yang menghubungkan Tokyo dengan Nagoya.
Proyek ini ditargetkan dapat beroperasi pada 2034 setelah sempat disebut akan Rampung pada 2027. Kereta cepat Chuo Shinkansen disebut akan menelan dana konstruksi senilai 7,4 triliun Yen atau US$70 miliar.
Beberapa negara di Asia pun kini telah mengikuti langkah Jepang dan telah memiliki layanan kereta berkecepatan tinggi.
Teranyar, Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki layanan kereta cepat setelah resmi meluncurkan WHOOSH pada Oktober 2023.
Proyek yang digagas pada 2016 lalu itu tercatat menelan biaya sebesar US$7,2 miliar yang mencakup US$6 miliar sebagai biaya awal dan US$1,2 miliar pembengkakan biaya (cost overrun).
Sementara itu, China kini menjadi salah satu negara dengan jalur rel kereta cepat terpanjang di dunia, yakni sekitar 45.000 km hingga akhir 2023. Pengembangan kereta cepat di Negeri Panda mulai meningkat pada periode 2000-an lalu.
Pemerintah China resmi memperkenalkan layanan kereta cepat pertamanya, Beijing-Tianjin Intercity Railway pada 2008 lalu. Proyek kereta cepat yang membentang sepanjang 117 kilometer tersebut dikabarkan menghabiskan dana sekitar US$2,34 miliar untuk konstruksinya.
Negara lain di kawasan Asia Timur yang telah memiliki kereta cepat adalah Korea Selatan dengan Korea Train eXpress (KTX). Fase pertama KTX ini dibuka pada 2004 lalu menghubungkan Seoul dengan Daegu.
Proyek tersebut dikabarkan menelan biaya 12,7 miliar won atau sekitar US$9,4 miliar selama proses konstruksi yang dimulai pada 1992.
Selanjutnya, Taiwan juga telah membangun proyek kereta cepat pada 2007 lalu dengan rute Taipei-Kaohsiung yang memiliki panjang jalur sekitar 350 km. Total biaya konstruksi yang dikeluarkan untuk proyek ini disebut senilai US$13 miliar.