Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani atau NTP sebesar 119,39 pada Maret 2024. Jumlah tersebut turun 1,31% dibandingkan bulan sebelumnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, turunnya NTP pada tersebut lantaran indeks harga yang diterima petani turun 0,46%, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan 0,86%.
“Komoditas dominan yang memengaruhi indeks harga yang diterima petani adalah gabah, jagung, dan cabai merah,” ungkap Amalia dalam Rilis BPS, Senin (1/4/2024).
BPS mencatat, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menjadi Rp6.736 per kilogram atau turun 7,24% secara bulanan dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat di level Rp7.261 per kilogram. Secara tahunan, GKP naik sebesar 27,71% (year-on-year/yoy).
Untuk harga gabah kering giling (GKG), BPS mencatat terjadi penurunan harga dibanding bulan sebelumnya. Harga GKG pada Maret berada di level Rp8.121 per kilogram atau turun 5,47% dibandingkan bulan sebelumnya sebesar Rp8.591 per kilogram.
Lebih lanjut Amalia menyampaikan, kenaikan NTP tertinggi terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat. Sub sektor ini meningkat sebesar 2,87% karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 3,38%, lebih besar dari indeks harga yang dibayar petani yang mengalami kenaikan 0,93%.
Baca Juga
Komoditas dominan yang memengaruhi kenaikan indeks harga yang diterima petani untuk sub sektor ini adalah kelapa sawit, karet, dan kakao.
Adapun penurunan NTP terdalam terjadi pada sub sektor tanaman pangan. BPS mencatat sub sektor ini mengalami penurunan sebesar 5,01% karena indeks harga yang diterima petani turun 4,15%, sementara indeks harga yang dibayar petani meningkat 0,90%.
Komoditas yang dominan memengaruhi penurunan indeks harga yang diterima petani yakni gabah, jagung, dan kacang tanah.
Selanjutnya, nilai tukar usaha petani (NTUP) pada Maret 2024 tercatat sebesar 122,55 atau turun 0,62% dibanding Februari 2024. Penurunan NTUP terjadi lantaran indeks harga yang diterima petani turun 0,46% sementara indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan 0,16%.
“Komoditas yang dominan pengaruhi BPPBM nasional adalah benih padi, upah pemanenan, upah penanaman dan bibit ayam ras pedaging,” ungkap Amalia.
Secara terperinci, peningkatan NTUP tertinggi terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan yang naik 3,69%, sedangkan penurunan NTUP terdalam terjadi pada sub sektor tanaman pangan yang turun 4,33%.