Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Soal Revisi Target 1 Juta Barel Minyak, ESDM Masih Berharap pada Blok Rokan

Keberhasilan dua proyek pengembangan lapangan Blok Rokan dinilai akan berdampak signifikan pada pencapaian target produksi 1 juta barel minyak pada 2030.
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih menunggu hasil pengembangan proyek enhanced oil recovery (EOR) dan eksplorasi migas nonkonvensional (MNK) di Blok Rokan ihwal rencana evaluasi target jangka panjang atau long term plan 1 juta barel minyak per hari (bopd) dan 12.000 juta kaki kubik per hari gas (MMscfd) pada 2030 mendatang. 

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, dua proyek pengembangan di lapangan Rokan itu bakal berdampak signifikan pada rencana jangka panjang yang telah ditetapkan pemerintah pada 2030. 

“Kalau kami terutama menaruh harapan yang cukup besar di MNK dan EOR, kalau itu berhasil saya kira keduanya akan menyumbang kontribusi besar untuk produksi minyak,” kata Tutuka di Jakarta, Kamis (14/3/2024). 

Sementara itu, Tutuka mengatakan, kementeriannya masih menunggu hasil evaluasi pengeboran eksplorasi MNK di Blok Rokan selama 2 bulan ke depan. 

“Tentunya MNK tergantung apa yang dilakukan di Rokan yang sekarang baru dibor di Sumur Gulamo dan Kelok,” kata dia. 

Di sisi lain, Tutuka menambahkan, belakangan kementeriannya tengah mendorong PT Pertamina (Persero) untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi lanjutan pada aset mereka di Offshore North West Java (ONWJ).

Menurut Tutuka, Blok ONWJ masih berpotensi menyimpan potensi sumber daya minyak yang relatif besar yang perlu dibuktikan lebih lanjut. Salah satu potensi besar itu terpetakan di Lapangan Zulu. 

"Lapangan heavy, saya sarankan Pertamina eksploitasi itu, gede banget volumenya bisa 800 juta sampai dengan 1 miliar sumber daya itu bisa dikelola,” kata dia. 

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tengah berencana untuk memundurkan target jangka panjang produksi 1 juta bopd dan 12.000 MMscfd sampai 2-3 tahun dari target long term plan (LTP) yang saat ini dipatok pada 2030.

Alasannya, realisasi lifting migas yang direncanakan dalam LTP yang disusun pada 2019 lalu terdampak pandemi selama hampir 3 tahunan. Apalagi, sebagian besar proyek andalan migas molor untuk rencana pengembangannya. 

“Yang intinya kira-kira mungkin mundur antara dua sampai tiga tahun karena diakibatkan pandemi yang kita hadapi,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII, Jakarta, Rabu (13/3/2024).

Di sisi lain, Dwi menuturkan, lembaganya telah melakukan sejumlah proyeksi anyar untuk beberapa lapangan signifikan yang mungkin onstream sebelum 2027. 

“Kami sudah mencoba ploting tidak sampai 2030, tetapi ploting-ploting proyek-proyek yang sudah jelas, jadi proyek-proyek apa saja di minyak dan gas yang akan onstream di 2027,” kata dia. 

Berdasarkan data teranyar dari SKK Migas per 6 Februari 2024, proyeksi produksi minyak sampai 2030 hanya berada di level 888.000 bopd atau lebih rendah dari target 1 juta bopd. Sementara itu, proyeksi onstream pada 2024 dan 2025 masing-masing berada di level 597.000 bopd dan 599.000 bopd. 

Sementara itu, proyeksi produksi gas sampai 2030 berada di level 10.399 MMscfd. Adapun proyeksi produksi gas untuk 2024 dan 2025 masing-masing berada di level 5.544 MMscfd dan 5.799 MMscfd.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper