Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gas Murah Langka, Industri Sarung Tangan 'Angkat Tangan'

Industri sarung tangan karet merupakan salah satu dai 7 industri penerima manfaat Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) senilai US$6/MMbtu
Ilustrasi sarung tangan./Bloomberg
Ilustrasi sarung tangan./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA- Indonesian Rubber Glove Manufacturers Association (IRGMA) megungkap kondisi industri sarung tangan karet yang tengah mengalami berbagai tekanan, mulai dari krisis permintaan hingga kelangkaan pasokan gas murah.

Untuk diketahui, industri sarung tangan karet merupakan salah satu dai 7 industri penerima manfaat Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) senilai US$6/MMbtu, jauh lebih murah dari harga pasaran sebesar US$15/MMbtu. 

Ketua Umum IRGMA, Rudy Ramadhan mengatakan kebijakan harga gas murah untuk industri sangat berdampak pada produktivitas industri yang tetap berjalan di tengah berbagai himpitan. 

"HGBT ini sangat berdampak dan bermanfaat agar industri sarung tangan tetap hidup," kata Rudy saat dihubungi, Kamis (7/3/2024). 

Bahkan, Rudy menyebutkan sejumlah produsen hanya mampu mengerjakan 20% dari total kapasitas produksinya. Secara rata-rata nasional, kapasitas produksi industri saat ini mampu menghasilkan 13 miliar pasang. 

Adanya HGBT membuat sarung tangan karet dapat mempertahankan daya saing produk di tengah harga komoditas karet global yang turun sehingga harga jual produk merosot tajam. 

Meskipun, dia tak memungkiri masih ada kendala dari distribusi gas murah untuk industri di Jawa bagian Barat dan Sumatra Utara yang mengalami kelangkaan pasokan gas. 

"Kebutuhan gas untuk sarung tangan berdasarkan kepmen sebesar 1,2 BBTUD namun alokasi yg diberikan tidak pernah 100%," ujarnya. 

Pada awal 2024 hingga pasokan gas di 2 lokasi tersebut langka sehingga pemanfaatan HGBT oleh industri dibatasi pemakaiannya hanya 61% dari kontrak oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN).

Kelangkaan gas murah ini mengkhawatirkan industri lantaran sempat terjadi pada 2006 di mana kelangkaan pasokan gas berkepanjangan menyebabkan beberapa industri sarung tangan karet di Sumatra Utara gulung tikar.

"Untungnya dari kejadian 2006, industri sarung tangan di Sumut sebagian telah mengalihkan pemakian gasnya dengan cangkang kelapa sawit. Dengan memodif mesin, ini manfaat dari kondisi pasokan gas," tuturnya. 

Dia berharap kebijakan HGBT terus dilanjutkan oleh pemerintahan berikutnya sehingga industri sarung tangan tetap bertahan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper