Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Bapanas Klaim Harga Beras Segera Turun, Ini Alasannya

Bapanas menyatakan harga beras bisa segera turun menjelang Ramadan dan Lebaran 2024. Berikut ini alasannya.
Buruh memindahkan karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Buruh memindahkan karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan harga beras bakal segera turun menjelang Ramadan dan Lebaran 2024.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi mengatakan, harga beras bakal terkoreksi seiring mulai melandainya harga gabah di petani.

Menurutnya, sejumlah daerah sentra produksi sudah memasuki masa panen seperti di Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Sragen, Ngawi, Demak, Grobokan, Lampung, dan Sumatra Selatan.

"Perlu disampaikan update perberasan nasional, harga akan mulai terkoreksi seiring berjalannya panen yang angkanya kurang lebih 3-3,5 juta ton dari kebutuhan kita 2,5-2,6 juta ton," kata Arief dalam rapat koordinasi pengamanan pasokan dan harga pangan jelang Ramadan, Senin (4/3/2024).

Arief membeberkan harga rata-rata gabah di petani secara nasional hari ini berada di level Rp7.040 per kilogram. Harga gabah itu telah turun dari sebelumnya mencapai Rp8.000 - Rp9.000 per kilogram.

Menurutnya, harga beras di pasar merupakan representasi dari dua kali lipat harga beras. Oleh karena itu, dia mengklaim harga beras akan turun ke level Rp14.000 per kilogram saat harga gabah di kisaran Rp7.000 per kilogram. 

"Hari ini harga gabah Rp7.000 [per kilogram] otomatis beras akan terkoreksi Rp2.000, jadi angkanya Rp14.000 [per kilogram] kembali ke HET," jelas Arief.

Lebih lanjut, Arief menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat kabinet menginginkan agar ketersediaan dan stabilisasi harga pangan saat Ramadan terjaga. Oleh karena itu, Arief meminta jajaran pemerintah daerah untuk aktif melaksanakan tiga hal dalam menjaga pasokan dan stabilitas harga pangan.

"Pertama, gerakan pangan murah, mohon teman Bulog dipastikan stoknya cukup di daerah dan bekerja sama dengan pemda," katanya.

Selain itu, Arief meminta agar pemerintah daerah bisa bersinergi dengan tim pengendalian inflasi di daerah maupun pusat. Terakhir, pemerintah daerah diminta turun langsung memantau harga beras SPHP yang beredar di pasar induk, tradisional dan ritel modern.

"Pemantauan pasar ini tentunya ada beberapa beras SPHP yang memang harus dijual maksimum Rp10.950 [per kilogram] tidak boleh ada SPIP dijual lebih dari itu," tuturnya.

Di sisi lain, Arief juga meminta pelaku usaha untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan nasional selama jelang puasa dan lebaran 2024.

Arief menambahkan, khusus Kementerian Perhubungan diminta berkoordinasi dengan Pelindo ihwal percepatan bongkar muatan beras impor di 23 pelabuhan. Dia mengatakan, Bulog mesti kerja 24 jam untuk memastikan pasokan beras impor berjalan cepat dan lancar.

"Bulog harus buka 24 jamuntuk mempercepat bongkar [beras impor] karena 27.000 ton itu bongkarnya 6 hari, bayangkan kalau 300.000-500.000 ton untuk back up cadangan pangan pemerintah [CBP]," katanya.

Menyitir panel harga pangan, Bapanas, rata-rata harga beras medium secara nasional hari ini sebesar Rp14.440 per kilogram dan beras premium Rp16.630 per kilogram.

Harga beras tersebut masih di atas HET yang ditetapkan pemerintah dalam Perbadan No.7/2023 sebesar Rp10.900-Rp11.800 per kilogram untuk beras medium dan Rp13.900-Rp14.800 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper