Bisnis.com, GRESIK — Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memberi sinyal positif ihwal pengajuan permohonan relaksasi ekspor konsentrat PT Freeport Indonesia sampai dengan Desember 2024.
Kendati demikian, pemerintah belum sampai pada putusan akhir soal perpanjangan izin ekspor tersebut. Komitmen commissioning smelter baru Freeport di Manyar, Gresik, Jawa Timur yang ditarget jalan pada Mei 2024 bakal jadi penentu nasib kuota tambahan ekspor PTFI hingga akhir tahun nanti.
“Setelah Mei 2024 bagaimana, tentunya kita mainkan antara relaksasi ekspor dengan tarif bea keluar, nanti internal pemerintah akan diskusi lagi,” kata Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Askolani selepas kunjungan ke Proyek Smelter Manyar PTFI di kawasan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur, Kamis (29/2/2024).
Askolani mengatakan, kementerianya bakal lebih fleksibel soal ketentuan ekspor konsentrat tersebut. Sementara itu, mekanisme bea keluar bakal tetap dioptimalkan sebagai penyeimbang kebijakan pelonggaran kuota ekspor nantinya.
Kendati demikian, dia menambahkan, PTFI belakangan juga menaruh perhatian pada besaran tarif bea keluar yang terlanjur dikenakan di level 7,5% sejak relaksasi ekspor pertengahan tahun lalu. Persentase tarif itu juga kini masih didiskusikan badan fiskal bersama dengan PTFI.
“Yang juga jadi concern Freeport itu tarifnya, tarif itu tentunya subject to discuss,” kata dia.
Baca Juga
Saat ini, proyek Smelter Manyar PTFI telah masuk masa precommissioning untuk persiapan tahapan commissioning pada Mei 2024. Produksi perdana akan dimulai pada Agustus 2024.
Sebelumnya, PTFI mencatatkan beban bea keluar konsentrat tembaga mencapai US$307 juta atau setara dengan Rp4,85 triliun (asumsi kurs Rp15.820 per dolar AS) sepanjang paruh kedua 2023.
Selama paruh kedua 2023, PTFI dikenakan bea keluar sebesar 7,5% sesuai amanat dari Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 71/2023 tentang Penetapan Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar.
Seperti diberitakan sebelumnya, EVP External Affairs PTFI Agung Laksamana menerangkan perseroan telah mengajukan permohonan izin relaksasi ekspor ke pemerintah selepas tenggat yang direncanakan pada Mei 2024.
Agung beralasan smelter tembaga PTFI di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik (Jawa Timur) baru bisa mencapai kapasitas penuh (ramp-up) pada Desember 2024.
“Dengan demikian, konsentrat tembaga yang telah diproduksi tidak bisa serta merta langsung diserap penuh oleh smelter baru tersebut,” kata Agung saat dikonfirmasi, Selasa (16/1/2024).
PTFI membuka kemungkinan penurunan kapasitas produksi sekitiar 40% pada RKAB 2024 seiring dengan tenggat relaksasi ekspor konsentrat yang diputus Mei tahun ini. Penyesuaian produksi itu dilakukan lantaran daya tampung atau input smelter yang masih terbatas saat itu.
“Aktivitas penambangan akan mengikuti target yang telah disepakati pemerintah, dengan selalu mengedepankan sustainable safe production,” kata Agung.
Adapun, Kementerian ESDM telah menyetujui target produksi PTFI sebesar 1,4 miliar pound tembaga dan 1,6 juta ounces emas tahun ini.
Lewat persetujuan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) PTFI periode 2024 sampai dengan 2026, rencana produksi bijih dipastikan terus tumbuh tiga tahun mendatang.
Berdasarkan data Minerba, rencana produksi ore dari PTFI pada 2024 dipatok di level 63,16 juta ton. Selanjutnya, rencana produksi bijih PTFI pada 2025 dan 2026 masing-masing ditetapkan sebesar 77,52 juta ton dan 79,12 juta ton.