Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang & Inggris Resesi, Industri Sepatu Indonesia Tambah Tertekan

Jepang dan Inggris yang tengah mengalami resesi merupakan salah dua pasar ekspor terbesar produk sepatu dari Indonesia.
Seorang pekerja menunjukkan sepatu Aerostreet. /Bisnis-Nicholas Sampurna
Seorang pekerja menunjukkan sepatu Aerostreet. /Bisnis-Nicholas Sampurna

Bisnis.com, JAKARTA- Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mengungkap ancaman penurunan ekspor alas kaki sebagai dampak dari resesi ekonomi yang terjadi di Jepang dan Inggris. Terlebih, pangsa pasar dari Kedua negara tersebut cukup besar. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor sepatu ke Jepang sebesar US$349,37 juta sepanjang 2023, turun dari tahun sebelumnya sebesar US$366,13 juta. Jepang berada di posisi kelima pasar ekspor sepatu RI terbesar. 

Sementara, Inggris juga memegang peranan penting terhadap ekspor sepatu. Adapun, nilai ekspor sepatu RI ke Inggris senilai US$221,17 juta pada 2023, turun dari tahun sebelumnya US$257,21 juta. 

Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakrie mengatakan dengan posisi kedua negara tersebut sebagai pasar terbesar, maka kondisi resesi akan berdampak penurunan pasar ekspor secara signifikan. 

"Rasanya perlu ada keberanian untuk memberikan insentif ekspor supaya bisa kompetitif," kata Firman kepada Bisnis, Rabu (21/2/2024). 

Pasalnya, untuk menjajaki pasar ekspor non tradisional pun cukup sulit lantaran produk China yang memenuhi pasar dengan harga murah. Kondisi ini membuat daya saing produk lokal tergerus. 

Firman menilai insentif fiskal berupa pembebasan bea keluar atau stimulus lain untuk mengurangi ongkos pengiriman barang ke negara tujuan ekspor sepatu. 

"Untuk penjajakan ekspor ke pasar non tradisional kita harus head to head dengan produk-produk murah China," ujarnya. 

Sementara itu, industri alas kaki lokal masih menghadapi banjir impor ilegal. Dalam hal ini, pemberantasan impor ilegal ini sangat sulit sehingga perlu dibentuk lembaga tersendiri yang menangani impor ilegal. 

"Sampai saat ini kami tidak tahu siapa saja pelaku impor ilegal dan berapa besar impornya, di harga berapa dia impor dan lainnya. Perlu sinergi data antara kementerian," tuturnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper