Bisnis.com, JAKARTA- Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mengungkap ancaman penurunan ekspor alas kaki sebagai dampak dari resesi ekonomi yang terjadi di Jepang dan Inggris. Terlebih, pangsa pasar dari Kedua negara tersebut cukup besar.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor sepatu ke Jepang sebesar US$349,37 juta sepanjang 2023, turun dari tahun sebelumnya sebesar US$366,13 juta. Jepang berada di posisi kelima pasar ekspor sepatu RI terbesar.
Sementara, Inggris juga memegang peranan penting terhadap ekspor sepatu. Adapun, nilai ekspor sepatu RI ke Inggris senilai US$221,17 juta pada 2023, turun dari tahun sebelumnya US$257,21 juta.
Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakrie mengatakan dengan posisi kedua negara tersebut sebagai pasar terbesar, maka kondisi resesi akan berdampak penurunan pasar ekspor secara signifikan.
"Rasanya perlu ada keberanian untuk memberikan insentif ekspor supaya bisa kompetitif," kata Firman kepada Bisnis, Rabu (21/2/2024).
Pasalnya, untuk menjajaki pasar ekspor non tradisional pun cukup sulit lantaran produk China yang memenuhi pasar dengan harga murah. Kondisi ini membuat daya saing produk lokal tergerus.
Baca Juga
Firman menilai insentif fiskal berupa pembebasan bea keluar atau stimulus lain untuk mengurangi ongkos pengiriman barang ke negara tujuan ekspor sepatu.
"Untuk penjajakan ekspor ke pasar non tradisional kita harus head to head dengan produk-produk murah China," ujarnya.
Sementara itu, industri alas kaki lokal masih menghadapi banjir impor ilegal. Dalam hal ini, pemberantasan impor ilegal ini sangat sulit sehingga perlu dibentuk lembaga tersendiri yang menangani impor ilegal.
"Sampai saat ini kami tidak tahu siapa saja pelaku impor ilegal dan berapa besar impornya, di harga berapa dia impor dan lainnya. Perlu sinergi data antara kementerian," tuturnya.