Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah melalui Satuan Tugas (Satgas) Peningkatan Ekspor Nasional telah menetapkan 12 negara prioritas tujuan ekspor dalam rangka mengantisipasi perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama Indonesia, salah satunya Jepang.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyampaikan bahwa 12 negara prioritas tersebut diantaranya Arab Saudi, Belanda, Brazil, Chile, China, Filipina, India, Kenya, Korea Selatan, Meksiko, UEA, dan Vietnam.
Susiwijono menjelaskan, perekonomian nasional masih menunjukkan resiliensi yang ditopang oleh permintaan domestik yang terus tumbuh dan dijaga dengan inflasi yang terkendali.
Neraca perdagangan Indonesia pun pada Januari 2024 masih melanjutkan tren surplus selama 45 bulan beruntun sebesar US$2,02 miliar yang didukung oleh kinerja sektor nonmigas sebesar US$3,32 miliar.
Namun demikian, Susiwijono mengatakan bahwa kinerja sektor migas masih menunjukkan defisit sebesar US$1,30 miliar.
“Hal tersebut menjadi salah satu concern pemerintah, khususnya tim Satgas Peningkatan Ekspor Nasional. Untuk itu, masing-masing pokja saat ini tengah menyusun rencana kerja berupa quick win, rencana jangka pendek, jangka menengah, hingga jangka panjang guna mengatasi hal tersebut,” kata Susiwijono dalam keterangannya, dikutip Senin (19/2/2024).
Baca Juga
Di samping menetapkan 12 negara, Satgas juga telah menetapkan daftar produk ekspor prioritas, yaitu mulai dari ikan dan olahan ikan, sarang burung walet, kelapa dan kelapa olahan, kopi dan rempah olahan, bahan nabati dan margarin, kakao, makanan olahan, bungkil dan pakan ternak, semen, produk kimia, karet dan produk dari karet, kulit dan produk dari kulit, pulp dan kertas, TPT dan alas kaki, logam mulia dan perhiasan, mesin-mesin, elektronik, otomotif, furnitur, serta mainan.
Satgas saat ini juga fokus memperluas akses pasar dengan mendorong penyelesaian perundingan perjanjian khususnya Indonesia-EU CEPA, peluang Indonesia masuk blok perdagangan The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP), dan aksesi Indonesia menjadi anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Susiwijono mengatakan, sejumlah negara maju telah mencatatkan kontraksi pertumbuhan ekonomi, diantaranya Jepang dan Inggris. Perkembangan ini memberi sinyal bahwa Jepang dan Inggris akan masuk ke dalam resesi secara teknikal.
Oleh karenanya, pemerintah mengambil sejumlah langkah antisipatif terhadap risiko ekonomi global tersebut untuk menjaga perekonomian Indonesia tetap stabil.
Lebih lanjut, imbuhnya, pemerintah terus memonitor dampak dari perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian nasional, khususnya Jepang.
Pasalnya, Jepang merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor bagi Indonesia dengan komoditas utama ekspor batu bara, komponen elektronik, nikel dan otomotif.
Tercatat, ekspor Indonesia ke Jepang sepanjang 2023 berada pada peringkat ke-4 dengan total mencapai US$18,8 miliar, sementara investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) Jepang ke Indonesia pada 2023 juga berada pada peringkat ke-4 dengan total sebesar US$4,63 miliar.
Untuk diketahui, Satgas Peningkatan Ekspor Nasional dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 416/2023 tentang Tim Pelaksana dan Kelompok Kerja Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional, menindaklanjuti Peraturan Presiden No. 24/2023 tentang Satgas Peningkatan Ekspor Nasional.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertindak sebagai Ketua Tim Pengarah dan beranggotakan para menteri terkait, serta pelaku usaha.
Susiwijono mengatakan, Satgas akan berupaya meningkatkan kinerja ekspor nasional guna memperkuat neraca perdagangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi baik melalui penguatan pasokan ekspor, diversifikasi pasar ekspor, penguatan pembiayaan dan kerja sama internasional, serta pengembangan ekspor UMKM.
"Selain itu, upaya penjajakan dalam rangka membuka pasar baru untuk pengembangan ekspor juga terus dilakukan oleh pemerintah," ucapnya.