Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk belanja subsidi energi sebesar Rp189,1 triliun untuk tahun ini, meningkat signifikan jika dibandingkan dengan realisasi pada 2023.
Jika dibandingkan dengan realisasi belanja subsidi energi pada 2023 yang sebesar Rp164,29 triliun, alokasi anggaran untuk belanja subsidi pada 2024 naik sebesar 15,1%.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pemerintah akan terus memantau perkembangan harga minyak yang berdampak pada anggaran belanja subsidi energi.
Selain itu, imbuhnya, pemerintah juga akan mendorong pelaksanaan program BBM satu harga atau tarif flat pada 2024 melalui Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas.
“Tadi saya panggil BPH, karena BPH akan membuat tarif flat, baik untuk penyaluran BBM maupun penyaluran gas. Saya minta di-exercise karena itu kan kalau tarifnya flat ya tentu pasti akan ada akibatnya terhadap harga-harga, jadi ini yang juga kita monitor,” katanya, Senin (19/2/2024).
Bisnis mencatat perincian dari alokasi belanja subsidi energi pada 2024 terdiri atas subsidi jenis BBM tertentu dan LPG tabung 3 Kg sebesar Rp113,27 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp75,83 triliun.
Baca Juga
Volume LPG yang disubsidi ditetapkan sebesar 8,03 juta metrik ton dan volume BBM disepakati sebesar 19,58 juta kiloliter. Sementara itu, subsidi tetap minyak solar ditetapkan Rp1.000 per liter.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, belanja subsidi energi pada 2023 terealisasi sebesar Rp164,29 triliun atau turun 4,40% dibandingkan dengan realisasi pada tahun sebelumnya.
Jika diperinci, realisasi belanja subsidi energi terutama bersumber dari subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg yang mencapai Rp95,59 triliun atau 68,57% dari pagu.
Secara tahunan, realisasi subsidi BBM dan LPG tabung 3 kg ini tercatat turun 17,32%, yang dipengaruhi oleh penurunan ICP rata-rata 18,97% secara tahunan selama periode Januari hingga Desember 2023.
Dari sisi volume, konsumsi jenis BBM tertentu (JBT) dan LPG 3 kg juga mengalami penurunan. Total volume konsumsi JBT (minyak tanah, solar, dan biosolar) turun sebesar 8,72%, sedangkan volume konsumsi LPG 3 kg turun 1,53%.
Di sisi lain, subsidi listrik yang terealisasi sebesar Rp68,70 triliun atau 94,66% dari pagu atau naik 22,15%, utamanya dipengaruhi oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS 2,61%.