Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Airlangga Hartarto mengungkap alasan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menambah anggaran pupuk subsidi sebanyak Rp14 triliun.
Airlangga mengatakan hal tersebut lantaran saat ini sudah memasuki musim tanam. Sementara itu selama musim tanam pupuk menjadi material yang penting untuk kebutuhan hara beberapa komoditas.
“Makanya pak presiden minta anggaran ditambah Rp14 triliun. Kenapa harus ditambah? Karena Rp26 triliun itu tidak cukup dan setiap tahun kisarannya Rp35–40 triliun,” kata Airlangga usai nyoblos di TPS 005, SMK Negeri 6 Jakarta Jl Prof. Joko Sutono Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (14/2/2024).
Airlangga menambahkan bahwa selama musim tanam harus dipastikan bahwa pupuk ada. Oleh sebab itu, dengan kebijakan baru petani juga boleh mengambil jatah pupuk selama setahun.
“Yang paling penting untuk pertanian adalah siklus tanam, jadi tidak perlu menunggu siklus anggaran,” ungkapnya.
Dengan kebijakan tersebut, Airlangga mengatakan pemerintah berharap bahwa panen di Indonesia ke depan aman.
Baca Juga
Keputusan Jokowi menambah anggaran Rp14 triliun untuk pupuk subsidi menjadi sorotan belakangan ini, lantaran membuat alokasi belanja subsidi membengkak. Di sisi lain, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui situs resminya mencatat pemberian subsidi pupuk kepada para petani bertujuan untuk menekan laju inflasi pangan yang cukup tinggi pada 2022.
Lonjakan pangan yang terjadi disebabkan karena dampak dari pandemi Covid-19, kenaikan BBM subsidi, hingga dampak dari konflik Rusia, dan Ukraina. Kementan mencatat konflik Ukraina dan Rusia telah berdampak pada petani di Indonesia.
Sebanyak lima pabrik pupuk di Indonesia masih mengambil bahan baku dari kedua negara tersebut. Alhasil, kapal pengangkut bahan pupuk masih sangat terkendala. Hal tersebut yang menjadi salah satu faktor kelangkaan pupuk, yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat petani saat ini.