Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memprediksikan bahwa pergerakan masyarakat selama libur panjang Isra Mikraj dan Imlek 2024 tidak akan mengalami kenaikan yang signifikan.
Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati memaparkan, pihaknya tidak melakukan kajian secara khusus untuk memprediksi pergerakan masyarakat selama libur panjang Isra Mikraj dan Imlek tahun ini. Menurutnya, pergerakan masyarakat selama periode ini tidak akan terlalu besar dibandingkan libur hari besar lainnya.
Adita mengatakan, salah satu faktor utamanya adalah masyarakat baru saja melewati periode libur panjang lainnya, seperti Natal dan Tahun Baru (Nataru). Selain itu, aktivitas ekonomi juga sudah kembali beroperasi secara penuh.
Dia menyebut, kenaikan pergerakan masyarakat kemungkinan hanya akan terjadi dalam skala lokal dan pada titik-titik tertentu saja.
“Jika terjadi peningkatan, kemungkinan akan terjadi secara lokal saja. Peningkatan itu khususnya terjadi pada tempat-tempat wisata,” ujar Adita, Kamis (8/2/2024).
Secara terpisah, Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, dampak momentum libur panjang ini terhadap prospek pertumbuhan ekonomi sektor transportasi dan pergudangan akan positif.
Baca Juga
Yusuf memaparkan, hal tersebut karena libur Imlek bersamaan dengan libur untuk kaum Muslim di Isra Mi'raj dan tidak jauh dari penyelenggaraan pemilu. Hal tersebut membuat libur pada periode ini menjadi lebih panjang.
“Masyarakat pun dapat mengambil cuti mereka dengan memanfaatkan hari Senin dan Selasa untuk liburan tanpa harus khawatir tidak bisa mengikuti pemilihan umum karena pemerintah sudah memfasilitasi untuk pemindahan tempat memilih dengan persyaratan tertentu,” jelas Yusuf.
Dia menambahkan, dampak libur panjang ini ke perekonomian akan semakin terasa jika pemerintah mempercepat pencairan bantuan sosial (bansos) baik yang sifatnya reguler maupun ad hoc.
Menurutnya, pencairan bansos yang efisien akan menambah pendapatan dan turut berimbas pada kemampuan konsumsi masyarakat. Dana tersebut dapat dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk berlibur atau traveling meski secara singkat.
Seiring dengan sentimen tersebut, Yusuf memprediksi pertumbuhan ekonomi sektor transportasi dan pergudangan masih akan berada pada level positif pada kuartal I/2-24. Meski demikian, dia mengatakan catatan tersebut tidak akan setinggi dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal I/2023.
Menurut Yusuf, hal tersebut disebabkan oleh penyebaran virus Covid-19 varian Omicron pada kuartal I/2022 yang membuat pemerintah melakukan pembatasan perjalanan. Akibatnya, saat pandemi Covid-19 relatif lebih terkendali pada kuartal I/2023, mobilitas masyarakat pun melonjak signifikan.
“Faktor ini yang tergambar dari angka pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan pada kuartal I/2023 yang mencapai double digit,” katanya.