Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Goreng dan Minyakita Naik, Produsen: Harusnya Stabil

Produsen menilai harga minyak goreng di dalam negeri seharusnya stabil dan tidak terdampak langsung dengan kebijakan DMO.
Produk minyak goreng curah kemasan besutan Kementerian Perdagangan, Minyakita - Dok. Kemendag.
Produk minyak goreng curah kemasan besutan Kementerian Perdagangan, Minyakita - Dok. Kemendag.

Bisnis.com, JAKARTA - Produsen minyak sawit (crude palm oil/CPO) buka-bukaan soal harga minyak goreng curah dan MinyaKita yang naik.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono memandang realisasi Domestic Market Obligation (DMO) tidak bisa disalahkan seutuhnya atas kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri. Musababnya, minimnya realisasi DMO dari produsen terjadi lantaran adanya pelemahan ekspor CPO dalam beberapa waktu terakhir.

"DMO ada hubungannya dengan ekspor, artinya kalau realisasi DMO turun karena ekspor juga turun," ujar Eddy saat dihubungi, Senin (5/2/2024).

Penurunan ekspor CPO diakibatkan adanya permintaan global yang melandai. Di sisi lain menurut Eddy seharusnya harga minyak goreng dalam negeri saat ini lebih stabil di tengah harga CPO yang tidak terlalu tinggi. Eddy membeberkan, tender harga CPO per 2 Februari 2024 masih di kisaran Rp11.483 - Rp11.634 per kilogram.

"Harga [CPO] ya biasa saja, harga minyak goreng dalam negeri seharusnya stabil," jelasnya.

Dia pun memandang bahwa kebijakan DMO seharusnya diberlakukan hanya saat harga CPO di level tinggi hingga mengancam pasokan dalam negeri. Seperti yang terjadi pada 2022. Namun, saat ini menurutnya pasokan dan stok bahan baku minyak goreng domestik masih mencukupi.

Adapun kebijakan DMO saat ini, kata Eddy juga telah menambah beban biaya rata-rata sebesar US$20 per ton. Menurutnya, biaya tambahan itu selama ini menjadi beban para produsen hingga berimbas pada harga Tandan Buah Segar (TBS) petani yang sedikit tertekan.

"Kalau sawit Indonesia lebih mahal, mereka [pembeli] akan beli dari tempat lain, kecuali memang stok minyak nabati dunia menurun dan permintaan naik," ucapnya.

Sebelumnya, Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, Kementerian Perdagangan, Bambang Wisnubroto mengatakan, salah satu penyebab harga minyak goreng naik yakni minimnya realisasi DMO dari produsen. Dia menyebut, sejak November 2023 hingga Januari 2024, realisasi DMO cenderung di bawah target bulanan yang ditetapkan sebanyak 300.000 ton.

Dia merinci, realisasi DMO oleh produsen pada November 2023 hanya mencapai 85%, Desember 2023 sebanyak  82% dan Januari 2024 tercatat hanya 69% dari target 300.000 ton.

"Jadi kalau kita lihat Januari 2024 ini realisasi DMO hanya 208.394 ton. Realisasi Januari ini merupakan yang terendah kedua sejak program DMO minyak goreng rakyat pertama kali diluncurkan pemerintah Juni 2022," kata Bambang dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi, Senin (5/2/2024).

Bambang pun membeberkan penyebab realisasi DMO yang rendah dalam beberapa bulan terakhir. Menurutnya, saat ini masih tersisa 5,9 juta ton hak ekspor yang belum digunakan oleh produsen.

Kemendag mencatat, rata-rata harga minyak goreng curah secara nasional pada pekan pertama Februari 2024 tercatat Rp14.790 per liter atau naik 2,07% dari pekan sebelumnya sebesar Rp14.511 per liter. Selain itu, harga rata-rata MinyaKita juga naik tipis 0,17% dari Rp15.104 per liter menjadi Rp15.129 per liter.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper