Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan saat ini sebagian besar masyarakat telah menikmati keberadaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Padahal, Luhut mengingat, proyek strategis yang dikerjakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu sebelumnya banyak mendapat kritikan dari masyarakat.
“Kalau kita lihat infrastruktur banyak yang mengkritik mengenai Kereta cepat Jakarta-Bandung tidak jalan, sekarang semua orang menikmati,” kata Luhut lewat keterangan video di akun instragram pribadinya, Sabtu (3/2/2024).
Luhut menyatakan bahwa keberadaan Kereta Cepat Jakarta-Bandung membuktikan kemampuan serta keteguhan Jokowi untuk menyelesaikan proyek infrastruktur strategis bagi masyarakat kendati pada awalnya mendapat keraguan publik.
Hanya saja, dia menambahkan, proyek kereta cepat perdana di Tanah Air itu masih perlu perbaikan di beberapa sisi untuk mencapai pelayanannya yang optimal.
“Tentu masih ada kurang sana sini tidak mungkin itu seperti membalikan tangan sendiri,” ujarnya.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) berencana merombak sistem tarif kereta cepat WHOOSH menjadi skema dinamis mulai 3 Februari 2024. Jurus baru ini dinilai bisa meningkatkan jumlah penumpang.
Adanya tarif dinamis tersebut membuat harga tiket Kereta Cepat bisa dibeli dengan lebih murah, yakni mulai dari Rp150.000 untuk sekali jalan. Namun, harga tersebut hanya berlaku untuk kelas Premium Economy.
General Manager Corporate Secretary KCIC, Eva Chairunisa, menjelaskan harga tiket Kereta Cepat akan dijual secara fluktuatif mulai dari Rp150.000, Rp175.000, Rp200.000, Rp225.000, hingga Rp250.000.
"Dengan penerapan skema dynamic pricing, penumpang bisa membeli tiket kereta cepat dengan harga yang lebih hemat bila melakukan perjalanan di waktu tertentu," kata Eva dalam siaran pers, dikutip Senin (29/1/2024).
Eva menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi tarif dinamis antara lain jam sibuk (peak hour) atau jam non sibuk (off peak hour), momen liburan (high season) atau non liburan (low season), atau hari kerja atau pun akhir pekan.
Dia menuturkan pada high season atau peak hour akan ditawarkan tarif yang lebih tinggi, sebaliknya pada momen off peak tentunya akan ditawarkan tarif yang lebih murah. Penumpang diberi alternatif perjalanan dengan tarif yang berbeda-beda menyesuaikan dengan kebutuhan, keinginan dan daya belinya.