Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter getol melakukan peremajaan KRL melalui impor, retrofit, hingga membeli produksi PT Industri Kereta Api (Inka).
Secara total, KCI akan mengeluarkan dana sekitar Rp6,84 triliun dalam upaya peremajaan tersebut. Pengadaan melalui impor KRL akan menggandeng pabrikan asal China CRRC Sifang Co. Ltd.
Direktur Utama KAI Commuter Asdo Artriviyanto mengatakan akan membeli tiga rangkaian KRL baru dengan tipe KCI-SFC120-V. Setidaknya dibutuhkan total biaya hingga Rp783 miliar.
Adapun, selain melakukan impor rangkaian baru KAI Commuter juga melakukan peremajaan atau retrofit rangkaian kereta eksisting yang dilakukan oleh PT Inka. Rencananya, sebanyak empat trainset KRL akan dikirimkan ke Inka secara bertahap yakni pada Februari dan pertengahan 2024.
KCI juga telah menandatangani kontrak dengan Inka untuk pengadaan 16 rangkaian kereta (trainset) baru dalam rangka penambahan kapasitas yang akan dikirimkan secara bertahap pada periode 2025-2026.
Secara terperinci, retrofit pada 19 rangkaian kereta eksisting memiliki nilai investasi sekitar Rp2,23 triliun. Sementara itu, total nilai pemesanan 16 trainset KRL ke PT Inka adalah sebesar Rp3,83 triliun.
Baca Juga
Total nilai investasi yang akan dikeluarkan KCI dalam upaya peremajaan dan penambahan rangkaian kereta ini mencapai Rp6,84 triliun.
“Pengadaan sarana KRL baru ini merupakan pemenuhan atas jumlah sarana KRL sesuai dengan kebutuhan pelayanan pengguna Commuter Line Jabodetabek tahun 2024 -2025 yang sudah mencapai hampir 1 juta pengguna per harinya,” kata Asdo dalam siaran pers, Rabu (31/1/2024).
Asdo mengatakan sumber dana untuk peremajaan armada ini didapatkan dari beberapa sumber. Salah satunya adalah dari pinjaman yang diambil oleh perseroan.
Kemudian, KCI juga akan mendapat shareholder loan dari induk usahanya, PT Kereta Api Indonesia atau KAI serta bantuan dari Pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN).
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Kamis (11/1/2024), KCI akan melakukan pengadaan KRL dengan anggaran sebesar Rp8,65 triliun.
Dia memaparkan, dari jumlah tersebut, sekitar Rp3,65 triliun di antaranya diperoleh melalui pinjaman dari bank. Sementara itu, sebanyak Rp5 triliun akan diperoleh melalui penyertaan modal negara (PMN) dari pemerintah.
Adapun, lanjutnya, suntikan dana melalui PMN akan disalurkan secara bertahap hingga 2026. KCI akan memperoleh PMN senilai Rp2 triliun pada 2024, kemudian masing-masing Rp1,5 triliun untuk tahun 2025-2026.
Pengadaan KRL memang diperlukan karena jumlah penumpang terus meningkat setiap tahun. Tercatat pengguna KRL sepanjang 2023 sebanyak 290,89 juta penumpang atau meningkat 35% dibandingkan pada 2022 sebanyak 215,04 juta penumpang.
Asdo menjelaskan, realisasi tersebut belum menyamai masa sebelum pandemi Covid-19 atau pada 2019 yang saat itu menembus 336,27 juta penumpang.
“Volume penumpang 2023 baru hampir menyamai di 2019, tercatat pada 2019 masih 13% lebih tinggi dari tahun 2023,” jelas Asdo dalam konferensi pers, Kamis (11/1/2024).