Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) tengah bersiap untuk membidik dan mengoptimalisasi pasar mebel di kawasan Asia. Hal ini dilakukan demi menghindari tingginya ongkos pengiriman ke wilayah konflik geopolitik.
Berdasarkan catatan HIMKI ekspor mebel dan kerajinan tahun 2023 sebesar US$1,8 miliar atau turun 28% (year-on-year/yoy) dari tahun 2022 sebesar US$2,5 miliar. Anjloknya ekspor lantaran kondisi geopolitik dan inflasi besar di negara tujuan utama ekspor.
Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur mengatakan kenaikan rate ongkos pengiriman cukup tinggi, khususnya ke negara Timur Tengah, Eropa, Amerika Serikat (AS).
"Kenaikan rate ke negara-negara kawasan Asia masih lebih terkendali," kata Sobur, (29/1/2024).
Sobur menuturkan, ekspor mebel mulai terhambat pada kuartal IV/2023 akibat kasus penembakan kapal cargo di Laut Merah. Kasus tersebut membuat rute pelayaran menjadi memutar lewat Afrika.
Alhasil, waktu transit dan pelayaran bertambah lama transit time serta ocean freight pun melonjak. Terlebih, beberapa pelayaran untuk sementara waktu menghentikan booking untuk cargo ke Jeddah dan dialihkan ke Dammam.
Baca Juga
Lebih lanjut, penurunan ekspor mebel 2023 yakni harga jual produk lokal yang dianggap terlalu tinggi dibandingkan dengan produk mebel asal Malaysia, Vietnam dan China.
"Mereka [importir] prioritas memilih belanja dari negara tersebut, kecuali untuk produk-produk khas Indonesia yang berbasis kayu solid, eksotis material seperti rotan, craft dll, masih merupakan kekuatan kita yang dipilih para buyer," terangnya.
Meskipun terjadi koreksi tajam pada ekspor, Sobur tetap optimistis dapat pertumbuhan industri mebel dan kerajinan dapat tercapai.
Di sisi lain, terdapat sentimen lain awal 2024 dari China juga memengaruhi tantangan ekspor mebel. Sebab, menjelang perayaan Imlek, ekspor mebel China akan membeludak.
"Hal ini juga berdampak pada pembagian alokasi space di kapal dan memicu kenaikan rate," tuturnya.