Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah bakal panggil para importir seiring adanya lonjakan harga bawang putih dalam beberapa waktu terakhir.
Deputi III Bidang Perekonomian Kantor Staf Presiden (KSP), Edy Priyono menyebut pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk mengumpulkan para importir bawang putih. Pemerintah, kata Edy, ingin memastikan bagaimana upaya importir bisa menekan harga bawang putih di pasaran.
"Kita tahu bawang putih ini kan hampir semuanya impor, jadi kalau ada masalah pasti tidak jauh-jauh dari importir. Itu entah karena distribusi atau karena suplai," ujar Edy dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi, Senin (29/1/2024).
Edy membeberkan bahwa kenaikan harga bawang putih lebih ditengarai oleh persoalan pasokan, alih-alih persoalan distribusi. Musababnya, kata Edy, disparitas harga bawang putih tidak terlalu tinggi yakni hanya sebesar 12,52%.
Edy berharap para importir bisa mengendalikan harga menjadi lebih wajar, di luar adanya persoalan isu kenaikan harga bawang putih di China.
"Ada yang bilang di tingkat distributor harganya hampir menyentuh Rp30.000 [per kilogram], tapi apakah iya sampai harus rata-rata nasional Rp41.000? Apakah tidak bisa diturunkan menjadi Rp35.000 ?atau paling tidak sesuai harga median di 2022 lah sebesar Rp38.000," ucapnya.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting, Kementerian Perdagangan, Bambang Wisnubroto mengakui adanya kenaikan harga bawang putih sekitar 3-4%. Meskipun tren kenaikan diklaim cenderung turun dibandingkan pekan sebelumnya.
Berdasarkan pantauan Kemendag di Pasar Induk Kramat Jati pada 18 Januari 2024, harga bawang putih di pedagang grosir sudah turun menjadi Rp28.000 per kilogram untuk jenis Honan, dan Rp32.000 per kilogram untuk bawang putih jenis kating.
Selain itu, pantauan harga di tingkat importir di Surabaya pada 23 Januari 2024 tercatat berkisar Rp26.000 - Rp27.000 per kilogram atau turun dibandingkan seminggu sebelumnya di kisaran Rp29.000 per kilogram.
"Ini [penurunan harga bawang putih di importir] disinyalir karena importir sudah mendengar isu kalau RIPH [Rekomendasi Impor Produk Hortikultura] sudah diterbitkan," ujar Bambang dalam kesempatan yang sama.
Adapun rata-rata kecukupan stok di importir, tercatat cukup sampai akhir Februari 2024. Masih tingginya harga bawang putih di tingkat konsumen diduga karena para pedagang ecer masih menjual stok dengan harga yang lama. Kendati begitu, Bambang memastikan harga bawang putih di tingkat konsumen akan terkoreksi dalam waktu 1-2 pekan ke depan.
Di sisi lain, Bambang mengakui impor bawang putih perlu dipercepat. Pasalnya, China sebagai negara sumber utama bawang putih impor akan memasuki libur panjang Imlek selama 9-20 Februari 2024 dan berisiko pada macetnya transaksi perdagangan.
"Kami sudah sampaikan ke pimpinan, semoga PI [Persetujuan Impor] diterbitkan, agar segera importir bisa percepat realisasi impornya," tutur Bambang.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sampai dengan minggu ke-4 Januari 2024, rata-rata harga bawang putih mencapai Rp39.724 per kilogram atau terjadi kenaikan sebesar 5,85% jika dibandingkan dengan harga di Desember 2023 sebesar Rp37.588 per kilogram.
Meskipun terjadi kenaikan harga, jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga bawang putih pada pekan ke-4 Januari 2024 justru berkurang menjadi 337 daerah dari sebelumnya pada pekan ke-3 Januari 2024 sebanyak 366 daerah.
"Kenaikan harga bawang putih tersebar di seluruh wilayah Indonesia," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini.