Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia menjadi salah satu dari lima negara produsen pakaian jadi di Asia yang tengah menjalani penyelidikan pencarian fakta baru oleh Amerika Serikat mengenai status industri dan daya saing ekspor.
Negara-negara pengekspor garmen lain yang berada di bawah pengawasan AS di antaranya Bangladesh, Kamboja, India, dan Pakistan, menurut Komisi Perdagangan Internasional Amerika Serikat (US International Trade Commission/USITC).
Sebelumnya, Perwakilan Dagang AS melalui surat pada 20 Desember 2023 meminta Komisi Perdagangan Internasional AS untuk melakukan investigasi dan penyiapan laporan mengenai status daya saing ekspor industri pakaian jadi di semua pemasok pakaian terbesar - Bangladesh, Kamboja, India, Indonesia, dan Pakistan - ke pasar AS.
“Sesuai permintaan, USITC, sebuah badan federal independen dan non-partisan, akan menyiapkan laporan publik,” tulis USITC melalui laman resminya, dikutip Minggu (28/1/2024).
Laporan ini setidaknya akan mencantumkan sejumlah poin, diantaranya perbandingan pangsa pasar relatif AS yang dimiliki oleh Banglades, Kamboja, India, Indonesia, dan Pakistan saat ini, lima tahun, dan sepuluh tahun lalu, profil industri pakaian jadi secara spesifik, hingga tinjauan literatur umum mengenai faktor penentu utama yang mendorong daya saing ekspor dalam industri pakaian jadi global.
Rencananya, laporan ini akan diserahkan oleh USITC kepada Perwakilan Dagang AS pada 30 Agustus 2024.
Baca Juga
Presiden dan CEO NCTO Kim Glas menyatakan setuju dengan adanya investigasi ini. Kim mengatakan studi ini dapat membantu melihat perubahan dalam perdagangan tekstil dan pakaian jadi global serta pertumbuhan pangsa pasar impor.
“Hal ini akan menciptakan transparansi yang lebih besar dalam praktik perdagangan negara-negara ini serta cakupan jangkauan mereka ke pasar AS,” ujarnya, melansir Juststyle, Minggu (28/1/2024).
Dia menuturkan, pihaknya telah lama meminta peninjauan kembali terhadap kebijakan perdagangan tekstil AS dan dampak negatif terkait praktik predator agresif yang dilakukan oleh pesaing asing. Pasalnya, produsen tekstil dan pakaian jadi AS dinilai bersaing dalam salah satu arena persaingan ekonomi yang paling tidak seimbang dibandingkan segmen industri manufaktur manapun.
Kim mengeklaim, sejumlah negara dalam studi tersebut telah terlibat dalam ‘praktik perdagangan yang tidak adil’ dan menambahkan bahwa negara-negara tersebut menggunakan pekerja paksa atau pekerja anak dan membuat pekerja bekerja dalam kondisi yang tidak aman, serta mencemari lingkungan dengan sedikit pengawasan pemerintah.
Pada awal Januari 2024, Kantor Tekstil dan Pakaian AS (US Office of Textiles and Apparel/Otexa) merilis data untuk November 2023. Dalam data tersebut, Kamboja menjadi salah satu dari 10 negara pemasok terbesar yang mengalami peningkatan volume pengiriman pada November 2023.
Impor pakaian jadi dari India ke AS tercatat turun sebesar 9%, menjadi 69MM2, volume pengiriman dari Pakistan turun 20% menjadi 52MM2 dan Indonesia mencatat penurunan terbesar dalam volume pengiriman ke AS yaitu -35% year-on-year (yoy) menjadi 51MM2.
Bangladesh juga tercatat mengalami penurunan selama empat bulan berturut-turut dengan volume pengiriman turun 14% menjadi 144MM2.