Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

Bagong Suyanto

Guru Besar Sosiologi Ekonomi FISIP Universitas Airlangga

Lihat artikel saya lainnya

OPINI : Resiliensi Ekonomi Indonesia Tahun 2023

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia, meski tidak lebih dari 5%, tetapi dibandingkan negara lain, angka capaian itu jauh lebih baik.
Warga beraktivitas dengan latar suasana gedung perkantoran di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 akan terjaga di level 5 persen, seiring dengan perkembangan yang positif. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga beraktivitas dengan latar suasana gedung perkantoran di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2023 akan terjaga di level 5 persen, seiring dengan perkembangan yang positif. JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kekhawatiran bahwa di 2023 akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia ternyata tidak terbukti. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan terbarunya merilis angka inflasi tahun 2023 ternyata hanya 2,61% secara tahunan (YoY).

Kekhawatiran bahwa di 2023 akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia ternyata tidak terbukti. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam laporan terbarunya merilis angka inflasi tahun 2023 ternyata hanya 2,61% secara tahunan (YoY). Angka inflasi Indonesia tahun 2023 disebut-sebut merupakan inflasi terendah salam 20 tahun terakhir.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia, meski tidak lebih dari 5%, tetapi dibandingkan negara lain, angka capaian itu jauh lebih baik. Pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2023 tercatat 4,9 persen. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi triwulan III dan IV tahun 2022. Secara keseluruhan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan masih di angka 4,94%.

Meski kondisi perekonomian global sedang lesu, harus diakui kondisi ekonomi Indonesia masih mampu bertahan, bahkan tergolong bagus.

Merujuk data Kementerian Perdagangan, neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari—Oktober 2023 masih surplus sebesar US$9.829,4 juta.

Keuntungan perdagangan global ini ditopang oleh sejumlah komoditas unggulan nasional seperti bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati/hewani, besi/baja, serta peralatan listrik. Di berbagai daerah, kondisi ekonomi masyarakat juga tergolong tangguh. Mungkin benar bahwa harga dari berbagai komoditas seperti beras dilaporkan naik, tetapi masyarakat tampaknya relatif masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya sehari-hari.

Guyuran berbagai paket bantuan sosial kepada masyarakat miskin, sedikit-banyak membuat daya tahan masyarakat terus dapat diperpanjang. Terlepas apakah bantuan sosial itu dipolitisasi atau tidak, tetapi bagi masyarakat miskin hal itu sesungguhnya menguntungkan.

Masyarakat yang tidak lagi memiliki tabungan yang cukup, ketika mereka memperoleh bantuan sosial dari pemerintah, tentu manfaatnya akan signifikan. Persoalannya sekarang adalah apakah di tahun 2024 ini daya tahan masyarakat masih tetap kuat ataukah beresiko jatuh pada pesimisme yang mencemaskan? Pertanyaan inilah yang dibahas dalam artikel ini.

RESILIENSI

Mengandalkan hanya pada kebijakan kenaikan suku bunga oleh otoritas ekonomi, dan bersandar pada kebijakan pemerintah yang mengandalkan pada kucuran bantuan sosial, disadari tidak akan cukup memadai untuk menghadapi tekanan krisis ekonomi. Untuk menjaga agar kondisi ekonomi nasional tetap survive dan mampu menghadapi tekanan dan dinamika perekonomian global yang sedang lesu, kuncinya tak pelak adalah pada resiliensi yang ditopang kekuatan domestik.

Resiliensi ekonomi pada dasarnya adalah proses di mana daerah, masyarakat dan negara dapat bertahan atau bahkan berhasil menghadapi guncangan sosial-ekonomi yang sedang terjadi. Perekonomian Indonesia dapat dikatakan resilien jika kita dapat meredam atau bahkan meminimalisir guncangan yang dihadapi. Kalau hanya mengandalkan pada kebijakan yang sifatnya karitatif, tentu yang tumbuh bukan resiliensi, melainkan justru ketergantungan keluarga miskin pada bantuan pemerintah. Untuk dapat membangun resilienasi ekonomi yang benar-benar tangguh, secara garis besar yang dibutuhkan adalah:

Pertama, bagaimana mendorong produktivitas pelaku usaha di tanah air agar kelangsungan usahanya terbangun bukan karena tergantung pada bahan baku import yang lebih murah atau dengan cara melakukan efisiensi pengelolaan waktu dan sumber daya manusia. Menahan diri agar tidak terlalu bergairah menyikapi pasar untuk jangka pendek memang bermanfaat, tetapi dalam jangka panjang hal itu sebetulnya beresiko membuat usaha-usaha yang ditekuni masyarakat kolaps.

Untuk memastikan agar ekonomi Indonesia mampu bertahan menghadapi berbagai tekanan dan bahkan gempuran ekonomi, yang dibutuhkan adalah dukungan agar produktivitas berbagai produk nasional tetap berjalan. Keberanian untuk mengembangkan usaha dan mencari pangsa pasar baru harus terus dikembangkan agar produktivitas tidak berhenti. Menyerah pada gempuran produk import dan tidak membenahi kualitas produk dalam negeri niscaya akan membuat ekonomi Indonesia kalah bersaing.

Kedua, berusaha memastikan agar perkembangan industrialisasi di Indonesia dapat fokus pada arah hilirisasi. Hilirisasi dalam kegiatan industri dan pengolahan kekayaan sumber daya alam di dalam negeri akan menjadi cara untuk menciptakan nilai tambah yang lebih besar sehingga bisa menciptakan multiplier effect dan pendapatan yang lebih tinggi untuk pelaku ekonomi nasional.

Pengalaman telah banyak pengajarkan bahwa perkembangan sektor industri di tanah air selalu kalah bersaing dengan luar karena kita lebih banyak menjual kekayaan sumber daya alam kita dalam bentuk bahan mentah. Para pelaku ekonomi di luar negeri seringkali memetik keuntungan yang lebih besar karena mereka menjadi pelaku pengolah kekayaan sumber daya alam. Keuntungan dan nilai tambah dari kekayaan sumber daya alam kita lebih banyak dinikmati pelaku usaha di luar negeri. Bahkan, ketika kekayaan sumber daya alam kita telah diolah, biasanya kemudian dijual kembali ke tanah air dengan harga yang jauh lebih tinggi. Untuk memutus pembagian margin keuntungan yang tidak adil itulah maka yang dibutuhkan adalah program hilirisasi.

KUNCI

Membangun resiliensi ekonomi Indonesia yang kuat harus diakui bukan hal yang mudah. Tidak sekali-dua kali, resiliensi ekonomi Indonesia rapuh karena tidak disokong fondasi yang kokoh. Sikap pragmatis untuk mengejar keuntungan dalam jangka pendek dan perilaku pengusaha nasional yang hanya “jago kandang”, sering membuat mereka gagap ketika harus bersaing di pasar global yang sangat kompetitif.

Data menunjukkan, dalam dua triwulan terakhir, kinerja ekspor Indonesia cenderung melemah. Lebih dari sekadar karena faktor penurunan permintaan pasar global, tetapi sebagian besar juga karena para pelaku ekonomi nasional umumnya tidak memiliki produk yang berkualitas —yang mampu bersaing di pasar internasional.

Boleh dikata Indonesia masih belum memiliki produk-produk olahan yang khas dan mampu berkompetitsi dengan produk lain dari pasar global. Meski kekayaan sumber daya alam kita luar biasa, dan bahkan beberapa di antaranya merupakan produk tiga besar dunia, tetapi karena tidak dikelola dengan baik, maka yang lebih banyak diuntungkan adalah para pelaku ekonomi global yang mengolah kekayaan sumber daya alam Indonesia.

Untuk membangun resiliensi yang kokoh, ke depan yang penting adalah bagaimana mendorong para pelaku ekonomi nasional tidak lagi besar hanya karena dukungan fasilitas, privilege dan kedekatan dengan pusat-pusat kekuasaan. Resiliensi ekonomi Indonesia hanya dapat berkembang jika para pelaku ekonomi nasional benar-benar kuat dan terbiasa dengan menghadapi iklim kompetisi yang makin ketat. Perilaku patronage para pelaku ekonomi nasional perlu dikikis, dan digantikan oleh para pelaku ekonomi professional yang benar-benar teruji di lapangan. Inilah kunci membangun resiliensi ekonomi Indonesia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Bagong Suyanto
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper