Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fungsi Pajak yang Kuat Diyakini Menjadi Pendorong Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan pajak yang tinggi dianggap berfungsi sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan dan terjaga di atas 5%.
Ilustrasi pajak natura atau pajak kenikmatan atas fasilitas kantor yang diberikan kepada karyawan. Dok. Freepik
Ilustrasi pajak natura atau pajak kenikmatan atas fasilitas kantor yang diberikan kepada karyawan. Dok. Freepik

Bisnis.com, JAKARTA –– Pertumbuhan pajak yang tinggi dianggap berfungsi sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan dan terjaga di atas 5%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh di atas 5% pada 2024 di tengah dinamika perekonomian global yang tertekan akibat geopolitik hingga krisis energi.

Untuk mengejar angka pertumbuhan itu, Sri Mulyani menyebut pemerintah akan mendorong permintaan domestik.  Kelompok ekonomi yang disasar yakni dengan menjaga konsumsi masyarakat kelas menengah ke bawah. Kelompok ekonomi yang konsumsinya sangat dipengaruhi oleh inflasi dan kenaikan harga pangan.

“Untuk Indonesia, policy kita apa [dalam mengejar pertumbuhan ekonomi]? Domestic demand kita harus terjaga. Makanya kalau bapak Presiden [menyampaikan] addressing isu pangan, itu menjadi sangat penting,” katanya dikutip Selasa (26/12/2023).

Menurutnya, untuk menjaga kemampuan belanja kelompok menengah, pemerintah juga meluncurkan insentif PPN untuk pembelian rumah. “Dari sisi supply side-nya itu properti dan konstruksi memiliki multiplier yang banyak. Dari sisi kelompok menengah (demand side), kami melihat masih memiliki daya beli, mereka [melalui insentif perekonomian seperti bebas PPN] mulai dipacu untuk bisa tumbuh,” jelasnya. 

Lebih lanjut, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyampaikan bahwa pertumbuhan pajak yang tinggi juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. Namun demikian, dia memandang perpajakan menjadi critical point bagi Indonesia. Pasalnya pertumbuhan ekonomi menjadi basis pajak sehingga memiliki korelasi negatif.

“Pertumbuhan dari penerimaan pajak kita tahun ini masih 7%, so its quite remarkable despite baseline-nya. Naiknya sangat tinggi. Ini akan menimbulkan tax ratio-nya membaik dan kemudian kita fokus belanja akan menjadi lebih baik, meskipun ini adalah tahun terakhir dari Presiden Jokowi. Critical point-nya adalah quality spending dan speed of spending,” katanya. 

Dia menambahkan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan sustainable juga harus dipacu dengan produktivitas melalui perbaikan infrastruktur dan kualitas SDM Indonesia.  APBN pun, imbuhnya, harus dijaga kesehatannya untuk menahan berbagai guncangan yang akan muncul pada tahun depan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper