Bisnis.com, JAKARTA - Asean+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) melaporkan bahwa terdapat empat risiko utama yang dapat berdampak pada prakiraan dasar pertumbuhan ekonomi pada 2023-2024.
Hal ini diungkapkan dalam laporan Asean+3 Regional Economic Outlook (AERO) edisi Januari 2024 yang dirilis hari ini, Kamis (14/1) di mana keseimbangan risiko secara keseluruhan dinilai masih cenderung pada sisi negatifnya.
Menurutnya, sejak pembaruan laporan AERO pada Oktober 2023, risiko dampak keuangan akibat kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) telah berkurang akibat kebijakan moneter Negeri Paman Sam yang telah semakin berkurang.
Dampak buruk menjelang pemilihan presiden AS pada November 2024 juga telah muncul menjadi risiko baru. Terdapat juga beberapa risiko yang dinilai permanen.
“Namun, ada juga beberapa risiko yang bersifat permanen, seperti perubahan iklim, serangan siber, dan risiko pandemi. Tetap saja semua orang perlu mewaspadai risiko-risiko tersebut,” jelas kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor dalam press briefing pada Kamis (18/1).
Dalam laporan tersebut, berikut empat risiko utama pada prakiraan dasar pada 2023-2024 yang dapat Anda ketahui.
Baca Juga
Lonjakan Harga Komoditas Global
Harga pangan global diproyeksikan dapat meningkat lebih lanjut jika pasokan pertanian terkena dampak negatif dari kondisi cuaca El-Nino dan tindakan proteksionisme terhadap ekspor.
Kemudian, jika konflik di Timur Tengah, Eropa dan gangguan pada jalur laut utama meningkat, harga energi dan transportasi global dapat mengalami kenaikan.
Lonjakan komoditas global berikutnya dapat memicu kembali inflasi dan menyebabkan bank sentral mengetatkan kebijakannya.
Dampak Negatif Pemilu AS
Perdebatan selama kampanye pemilu dapat menyebabkan meningkatnya sentimen dan proteksionisme. Hal ini dapat mengakibatkan gejolak pada pasar keuangan dan aliran modal yang tak menentu di wilayah ini.
Dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan akibat potensi berubahnya arah kebijakan atau geopolitik, hal ini dapat menimbulkan reaksi pacar yang cepat dan tidak dapat diprediksi, sehingga dapat menyebabkan fluktuasi tajam pada harga aset.
Resesi di AS dan Eropa
Meskipun inflasi utama di AS dan Eropa telah melandai, harga konsumen dan tingkat suku bunga juga tetap tinggi.
Jika AS dan Eropa kemudian mengalami resesi pada tahun ini, maka pertumbuhan Asean+3 dapat terpangkas setengahnya, dan berpotensi mencatatkan pertumbuhan terlemah sejak 1998, selain dari pertumbuhan yang datar, yang disebabkan oleh pandemi pada 2020.
Pertumbuhan Ekonomi China yang Melesu
Karena sektor properti memiliki peran yang besar dalam ekonomi, jika kondisi sektor tersebut semakin memburuk atau meluas, maka hal ini dapat berdampak pada stabilitas pasar keuangan.
Permintaan eksternal yang melemah dapat menimbulkan tantangan tambahan bagi pertumbuhan. Kesulitan fiskal pemerintah daerah juga membatasi dukungan kebijakan untuk menopang pertumbuhan.
Jika perekonomian China pada 2024 melambat menjadi 4,3%, atau satu poin persentase di bawah perkiraan dasar, maka pertumbuhan agregat negara-negara Asean+3 lainnya dapat menurun sebesar 1,7 poin persentase, yang disebabkan oleh penurunan perdagangan, investasi dan pariwisata.
Risiko Lainnya
Dalam jangka menengah, ketegangan geopolitik antara AS dan China terus menjadi faktor risiko utama di kawasan ini.
Dengan meningkatnya ketegangan kedua negara tersebut, maka dapat berdampak buruk pada arus perdagangan dan investasi yang ada di kawasan dan menghambat aktivitas perekonomian kawasan secara keseluruhan.
Kemudian, dalam jangka panjang, perubahan iklim, bencana alam, munculnya penyakit menular baru, dan meningkatnya ancaman dunia maya merupakan risiko utama yang dihadapi kawasan ASEAN+3.