Bisnis.com, JAKARTA - Asean+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asean+3 pada 2024 dan merevisi keatas kawasan perekonomian yang terdiri dari Asean, China, Jepang dan Korea pada tahun lalu.
Sama seperti proyeksinya pada Oktober 2023, AMRO mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi kawasan Asean+3 pada tahun ini sebesar 4,5%. Sementara itu, proyeksi pada tahun lalu direvisi ke atas menjadi 4,4%, dari sebelumnya yang sebesar 4,3%.
Menurut laporan ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AERO) edisi Januari 2024, permintaan domestik yang kuat di tengah moderasi inflasi dan perbaikan perdagangan dapat menjadi faktor pendorong pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi Asean 3+ tetap tinggi meski ketidakpastian dalam prospek global.
Revisi ke atas pada tahun lalu juga dilakukan menimbang dari pertumbuhan perekonomian China yang lebih tinggi dari perkiraan, yakni sebesar 5,2%. Dengan menstabilkan aktivitas industri dan jasa dalam perekonomian China, maka diperkirakan dapat memberikan momentum tambahan bagi Asean+3 pada 2024.
Adapun, jika hanya melihat kawasan Asean saja, proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2023 dan 2024 direvisi turun, dengan masing-masing sebesar 4,3% dan 4,9%. Kedua angka tersebut turun 0,1% dari proyeksi sebelumnya.
"Kami mengharapkan pertumbuhan akan meningkat berdasarkan ekspor yang lebih kuat ke depan, serta peningkatan pengeluaran domestik,” jelas Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor dalam press briefing pada Kamis (18/1/2024).
Baca Juga
Dia juga mengatakan bahwa pemulihan siklus teknologi global mulai terasa pada kinerja ekspor kawasan, terutama pada barang elektronik. Namun, ekspor non-teknologi masih tertinggal dalam hal pemulihan. Menurutnya, hal ini menjadi penyebab survei sentimen manufaktur baru-baru ini relatif beragam
Untuk inflasi, kawasan Asean+3 jika tidak termasuk Laos dan Myanmar diperkirakan moderat, dengan masing masing sebesar 2,8% pada tahun lalu dan 2,6% untuk tahun ini. Namun, risiko kenaikan terhadap inflasi dinilai masih besar dan inflasi inti tetap tinggi di banyak negara.
Kemudian jika melihat kawasan Asean saja, inflasi pada tahun lalu dan tahun ini diervisi keatas menjadi sebesar 8,3% dan 5,3%.
"Inflasi terus berlanjut menurun, yang [hal ini] bagus karena mengurangi tekanan pada bank sentral, dan kita dapat mengharapkan bahwa pada suatu titik ke depan, bank sentral akan mulai menurunkan tingkat suku bunga,” jelas Khor.
Khor kemudian mengatakan bahwa menjelang pemilihan umum di Negeri Paman Sam juga dapat memperburuk ketidakpastian kebijakan dan volatilitas di pasar keuangan.
Menurut organisasi tersebut, resesi di AS dan kawasan euro pada 2024 berpotensi mengurangi setengah pertumbuhan perekonomian kawasan Asean+3. Dampak negatif bagi pertumbuhan kawasan ini dapat semakin besar, jika momentum pemulihan ekonomi China melemah.