Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri China Li Qiang memastikan perekonomian negaranya terbuka untuk investasi termasuk dari pemodal asing.
“Memilih investasi di pasar China bukanlah sebuah risiko, namun sebuah peluang,” jelas Li, dalam Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (17/1/2024).
Baru-baru ini Biro Statistik Nasional China pada Rabu (17/1) melaporkan bahwa perekonomian negaranya telah tumbuh 5,2% (year-on-year/yoy) menebus target sekitar 5% yang telah ditetapkan pada awal 2023.
Ia mengatakan bahwa perekonomian China mengalami kemajuan yang stabil, dapat mengatasi pasang surut kinerjanya, akan terus memberikan dorongan global, dan menambahkan bahwa tren pertumbuhan jangka panjang secara keseluruhan tidak akan berubah.
Adapun, sebagaimana diketahui, disaat China menghadapi pemulihan pasca-pandemi yang lamban dan merosotnya sektor properti, para eksekutif di luar negeri semakin khawatir mengenai prospek pertumbuhan jangka panjang negara tersebut.
Li mengatakan bahwa dengan populasi sebesar 1,4 miliar jiwa yang mengalami urbanisasi pesat, maka China akan memainkan peran penting dalam meningkatkan permintaan agregat global.
Baca Juga
Ia juga menyatakan bahwa China tetap berkomitmen kuat untuk membuka perekonomiannya dan akan menciptakan kondisi yang menguntukan untuk berbagi peluang.
“Kami akan mengambil langkah aktif untuk mengatasi kekhawatiran yang wajar dari komunitas bisnis global,” jelas Li.
Dunia usaha telah lama menyatakan kekhawatirannya mengenai pengetatan peraturan di China dan persaingan yang lebih menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan milik negara.
Pada Juli-September 2023, China mencatatkan defisit triwulanan pertama dalam investasi asing langsung sejak pencatatan dimulai pada 1998.
Li sendiri kemudian bertemu dengan para pemimpin bisnis dan keuangan, seperti CEO JP Morgan Jamie Dimon, CEO Bank of America Brian Moynihan, CEO Standard Chartered Bill Winters dan CEO Blackstone Steve Schwarzman saat makan siang.