Bisnis.com, JAKARTA — Dewan Energi Nasional (DEN) mengoreksi target bauran energi baru terbarukan (EBT) pada 2025 ke rentang 17% sampai dengan 19%. Persentase itu lebih rendah dari target bauran EBT sebelumnya yang dipatok di level 23% pada 2025.
Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan DEN Yunus Saefulhak menuturkan, koreksi target bauran itu dilakuan untuk menyesuaikan dengan asumsi makro ekonomi saat ini yang meleset dari asumsi awal di level 7% sampai dengan 8%.
Adapun, proyeksi makro ekonomi belakangan dikoreksi ke level 6% sampai dengan 7%. Menurut Yunus, asumsi anyar ini menyesuaikan dengan hitung-hitungan makro yang digunakan sampai dengan Indonesia Emas 2045.
“Dalam pembaruan Kebijakan Energi Nasional [KEN] nanti kalau diketok ini kan masih harmonisasi kalau sudah diteken presiden maka bauran EBT menjadi 17%-19%,” kata Yunus saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/1/2024).
DEN menargetkan revisi Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 Tentang Kebijakan Energi Nasional dapat selesai tahun ini.
Saat ini, kata Yunus, revisi PP itu tengah masuk tahap finalisasi harmosisasi di Kemenkumham. Selanjutnya, revisi beleid itu bakal dibawa ke sidang paripurna yang dipimpin presiden sebelum dibahas ke parlemen.
Baca Juga
Selain revisi ekonomi makro dan revisi target bauran 2025, dia mengatakan, pembenahan KEN juga bakal menyasar target bauran EBT pada 2060 mendatang. Saat itu, diharapkan bauran EBT sudah mencapai 70%, dengan porsi gas atau fosil lainnya diteken di level sekitar 30%.
“Kalau dulu KEN yang lama, tahun 2050 itu 70%-nya itu justru fosil, sekarang justru dibalik,” kata dia.
Berdasarkan peta jalan yang baru, DEN menetapkan bauran EBT di rentang 19% sampai dengan 21% pada 2030. Saat itu, pemerintah berencana bakal menghentikan impor bensin dan LPG.
Selanjutnya, bauran EBT dikerek di level 25% sampai dengan 26% pada 2035, dengan asumsi pembangkit nuklir pertama beroperasi di tahun 2032 dengan kapasitas terpasang 250 megawatt (MW).
Adapun, target bauran EBT dikerek ke level 38%-41% pada 2040, dengan asumsi pemanfaatan CCS/CCUS jamak dilakukan di pembangkit listrik dan industri.
Selanjutnya, bauran EBT ditargetkan mencapai 52% sampai dengan 54% pada 2050, dengan penerapan B50 sampai dengan B60 dan E10 sampai dengan E40.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan target bauran EBT 23% pada 2025 meleset.
Hal ini karena sebagian besar commercial operation date (COD) pembangkit EBT diperkirakan baru bisa dieksekusi 1 tahun setelahnya, selepas 2026 secara bertahap.
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, realisasi bauran EBT sepanjang paruh pertama 2023 baru mencapai 12,5% atau jauh dari target yang ditetapkan tahun ini di level 17,9%. Capaian paruh tahun itu tidak banyak bergeser dari torehan sepanjang 2022 dan 2021 masing-masing di level 12,3% dan 12,2%.
“Tahun 2025 target penambahan EBT sebesar 5.544 megawatt [MW], proyeksinya hanya 1.524 MW, memang secara proyeksi dan realisasi sampai 2025 belum mencapai target,” kata Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi saat RDP dengan Komisi VII, dikutip Kamis (16/11/2023).
Malahan, kata Yudo, proyeksi penambahan bauran EBT hingga akhir 2023 hanya mencapai 115 MW, dari target yang ditetapkan 2.029 MW. Adapun, realisasi bauran EBT per April 2023 baru mencapai 28,21 MW.
Yudo menuturkan, realisasi bauran EBT tahun ini sudah memperhitungkan kapasitas baru yang masuk dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata.
Pembangkit hasil sindikasi tiga bank internasional, Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Societe Generale dan Standar Chatered itu memiliki kapasitas 145 MWac atau setara dengan 192 MWp.
Sementara itu, sepanjang 2021 dan 2022, realisasi bauran EBT lebih dahulu meleset cukup lebar dari target yang ditetapkan. Realisasi EBT pada 2021 hanya berada di level 613 MW dengan target awal 750 MW.
Di sisi lain, realisasi pembangkit EBT pada 2022 merosot ke angka 172 MW dari target yang ditetapkan di level 649 MW.
“Namun pada 2026 proyeksi capaian EBT akan mencapai 5.553 MW, melebihi target 978 MW, jadi ada pergeseran implementasi dari rencana realisasi geser ke belakang,” kata Yudo.
Dia memproyeksikan realisasi bauran EBT pada 2027 bakal tertahan di level tinggi sekitar 3.041 MW atau melebihi target 991 MW.